FOL - 4

7.4K 364 20
                                    

Happy reading ʕっ•ᴥ•ʔっ

-

-

-

Eren bersembunyi dibalik pohon, netra emeraldnya melihat kedua insan yang saling berbincang satu sama lain di bawah pohon Zaitun. Hatinya berapi-api menyadari jika keduanya terlihat nyaman. Apalagi Erwin yang mulai melakukan kontak fisik dengan pria mungilnya. Eren tidak bisa membiarkan kulit mulus Levi terkontaminasi oleh sentuhan Erwin.

" Aku datang ~" ucap Eren, bibirnya menggumamkan mantra. Tak lama kemudian, ia berubah wujud.

Pipi Levi merona merah ketika Erwin menawarkan sebuah teh padanya. Ternyata pria dihadapannya ini cukup romantis juga, Levi segera menerima teh itu lalu meminumnya perlahan.

" Apa kau suka dengan pemandangan ini Levi?"

" Tidak buruk."

" Setelah kita menikah nanti, aku akan sering mengajakmu berkunjung di sini."

Levi menaruh tehnya di atas meja kecil. Ia tersentak kaget ketika sebuah tangan mengapit pipinya, matanya melebar sempurna melihat wajah Erwin yang sangat dekat dengannya.

" Uhukk uhukkk! "

Suara batuk-batuk menginterupsi kegiatan keduanya. Erwin menjauhkan wajahnya dari Levi yang diam-diam menghembuskan nafasnya lega tidak jadi berciuman dengannya.

" Siapa di sana! " teriak Erwin waspada, ia berdiri dan menuju ke asal suara yaitu di balik semak-semak belukar.

" Biar aku yang melihatnya." Levi menahannya dan menghampiri semak-semak itu. Saat sampai disana dahinya mengernyit heran melihat kakek-kakek yang terjatuh. Kayu bakarnya berserakan dimana-mana.

" Anda baik-baik saja?" Levi segera membantu kakek itu berdiri.

" Aish pinggang kakek sangat sakit sekarang. Bisakah pria baik seperti mu membantuku?"

" Dengan senang hati aku membantu anda, tapi bagaimana bisa anda bisa terjatuh?"

" Ah tentang itu-"

" Levi, apa yang terjadi? Dan siapa kakek itu?" tanya Erwin muncul dari balik semak-semak, tatapannya menyelidiki kakek yang sedang bersama si raven.

" Kakek ini terjatuh, aku harus menolongnya. Bisakah kau mengumpulkan kayu bakarnya, aku ingin mengantarkan kakek ini ke tempat duduk lebih dulu."

" Aa baiklah. Tapi..." Erwin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, " tentang kencan kita?"

" Masih berlanjut, tenang saja."

" Baguslah! "

Levi mulai memapah kakek itu menuju bangku dibawah pohon Zaitun. Kemudian, Levi menyuguhinya segelas teh hangat untuk diminum. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis melihat kakek itu menyukainya.

" Kau terlalu baik hati memberikan minuman enak untuk kakek tua seperti ku."

Levi tidak merasa keberatan saat kakek itu memanggilnya tanpa menyebutkan gelar Pangeran. Toh mungkin kakek tersebut lupa atau pikun sehingga ia harus memakluminya.

" Ibuku selalu mengajariku berbuat baik tidak memandang usia. Lagipula usia seperti anda wajar untuk diperlakukan lebih sopan."

' Aaahhh calon istriku, sangat baik! Aku tidak sabar memilikinya! ' ia lalu melirik tajam pria pirang yang sedang menuju kemari sambil membawa kayu bakar.

Full Of Lust [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang