FOL - 20

5.2K 217 40
                                    

Happy reading ʕ⁠·⁠ᴥ⁠·⁠ʔ






Eren berjalan masuk ke dalam ruangan yang sebelumnya. Pria brunette itu mengucapkan sebuah mantra, membuat tubuh Levi seketika terlihat. Hatinya terbakar rasa amarah karena ia terlambat menyadari jika Reiner mengintip kegiatannya. Tidak biasanya ia menjadi lengah seperti ini.

Ditambah lagi pria itu menyaksikan ekspresi wajah tak berdaya Levi ketika bersetubuh dengannya. Argh ia tak ingin ada yang melihat wajah kacau pujaannya. Siapapun itu yang melihatnya ia tidak akan pernah-

" Eren..."

Kepalan tangannya mengendur saat Levi memanggilnya lirih seraya meliriknya dari sudut mata.

Levi terbaring lemas di atas sofa, kedua tangannya dibiarkan menggantung di sisi sofa. Sang empu tak memiliki tenaga untuk bergerak, Ia bahkan masih mencoba mengatur nafasnya yang tidak stabil, Eren menghampirinya lalu memberikan kecupan lembut di kelopak matanya.

" Kau sedang mengecek sesuatu kan? " tanyanya serak

Eren mengangguk pelan, telapak tangannya bergerak untuk mengelap keringat di dahi dan leher si raven. " Ya, tidak ada siapa-siapa di luar. Kau tenang saja..."

Ia berbohong demi ketenangan si raven.

Seketika suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara keramaian acara yang masih berlanjut di luar sana. Levi memejamkan matanya, bersetubuh dengan pria brunette itu sangat menguras tenanganya. Sentuhan lembut di pipinya tak membuatnya membuka kedua matanya, ia sudah tahu jika itu adalah perbuatan Eren.

" Kau sangat indah Levi....apa yang ada di pikiran Tuhan sehingga memutuskan membuatmu menjadi seindah ini." ucap Eren tenang. Dibalik ketenangan itu terdapat rasa kekaguman yang menggetarkan hatinya.

Sudut bibir Levi terangkat sebelah, " Dan kau terpikat olehku? "

" Yang itu memang tidak bisa dihindari."

" Tch, kau sudah mendapatkan keinginanmu sekarang, jadi biarkan aku pergi ke Mikasa." ucapnya lalu membuka matanya, menatap Eren dingin.

Eren menuruti perkataannya. Sebelum keluar dari kamar, Eren memastikan jika penampilan Levi sudah rapi dan tidak ada yang mencurigakan. Levi mengerutkan dahinya bingung saat Eren membelakanginya dan berjongkok. Namun sedetik kemudian ia paham maksudnya, ia segera menaiki punggung lebar pria tan itu. Eren berdiri lalu berjalan keluar dengan santai.

-

-

-

Beberapa hari kemudian...

" Kau membuat lagu ini lebih menarik daripada lagu aslinya, Eren." ucap sang guru kepada murid didiknya. Guru itu menutup buku tebalnya dan memberikan senyuman cerah.

Eren tersenyum penuh hormat, ia bangkit dari kursi lalu memberi hormat untuk sang guru.

" Anda selalu memuji saya, kurasa itu terlalu berlebihan." ucapannya membuat sang guru terkekeh geli, ia menepuk pundaknya lembut.

" Tidak apa-apa, itu karena ibu benar-benar bangga denganmu."

"......terimakasih guru." emeraldnya melirik gurunya lalu bergulir kearah piano.

CEKLEK

Eren membuka pintu ruangannya berniat keluar, ia menoleh kesamping saat melihat siluet rambut raven di lantai. Kedua matanya melebar sempurna saat menyadari raut wajah kesakitan Levi yang memegang perutnya. Saking kesakitannya buku favoritnya yang berserakan di lantai pun tak lagi dipedulikan.

" Levi?! " ia segera menghampirinya, rasa khawatir sontak menyerbunya.

" Sa-sakit...sakit Eren ugh..." rintih Levi dengan wajah pucatnya, mendengar itu membuat jantung Eren berdebar semakin kencang.

Full Of Lust [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang