FOL - 31

4.6K 217 14
                                    

Happy reading ┬⁠─⁠┬⁠ノ⁠(⁠ ͡⁠°⁠ ͜⁠ʖ⁠ ͡⁠°⁠ノ⁠)




Jean menghentikan kereta kudanya saat sampai di depan gerbang kerajaan Maria. Pelayannya turun untuk memberitahu prajurit jika mereka diundang oleh pangeran dan akhirnya mereka pun diperbolehkan masuk. Pria berambut cokelat emas itu sampai di tempat acara, alisnya terangkat karena ruangan yang kosong tidak ada tanda-tanda diadakan acara makan malam. Dari jauh seorang pelayan berlari menghampirinya.

" Yang mulia Raja Jean, maaf saya ingin memberitahu kepada anda jika tempat acara makan malam telah diganti, bukan lagi di tempat ini." ucap sang pelayan seraya membungkukkan setengah badannya.

" Dimana sekarang? "

" Saya akan menunjukkan tempatnya. Mari ikuti saya, Yang mulia..." Jean mengikutinya dari belakang, ia bingung saat keluar istana. Bukankah biasanya anggota kerajaan mengadakan acara makan malam di dalam istana? lalu mengapa ini di luar.

" Sudah sampai Yang mulia." perkataan sang pelayan membuyarkan lamunannya. Jean mengangguk pelan, menatap ke rumah kecil yang berada di- kedua matanya sontak melebar sempurna menyadari jika rumah itu berada di dekat hutan tempatnya membunuh-

" Oh Raja Jean, rupanya kau sudah sampai." ucapan Levi memotong pikirannya, Jean terdiam menatap pria raven yang menyambutnya di pintu rumah itu.

" Kenapa kau diam saja di situ? Ayo masuk, udara malam hari sangat dingin." Levi menghampirinya, menarik tangan pria itu agar masuk ke dalam.

Saat memasuki dalam, Jean sedikit kaget karena bukan hanya dirinya saja yang diundang tetapi juga ada Reiner, Berthold dan Annie yang diundang, mereka sudah duduk manis di kursi masing-masing. Levi menyuruhnya duduk di sebelah Annie, keduanya sempat bertatapan namun Jean segera mengalihkan tatapannya kearah si raven.

Dengan senyuman lebar, Levi membawakan nampan berisi hidangan lezat. Ia menaruhnya satu persatu di atas meja.

" Tujuanku mengundang kalian semua agar kita bisa menjadi teman baik." Levi memberikan piring untuk Jean. Pria itu menatap Levi, namun Levi hanya tersenyum.

" Aku khawatir kalau kita terus bermusuhan akan berdampak buruk bagi masa depan."

Jean merasa ada yang aneh di diri Levi. Entahlah dia seperti memiliki aura yang berbeda seperti bukan biasanya. Memikirkan hal itu membuatnya merinding, tangannya menyentuh tengkuk lehernya, merasa tak nyaman.

" Woah kau yang memasaknya sendiri?! " pekik Reiner

" Benar. Semoga rasanya enak."

Berthold mengambil paha ayam lalu memakannya pelan. Matanya berseri-seri merasakan kelezatan di dalam mulutnya. Menyaksikan reaksi temannya itu membuat Reiner yakin jika masakan Levi sangat enak. Tanpa pikir panjang ia segera ikut memakannya.

Si raven terkekeh geli melihat keduanya. Matanya beralih menatap wanita pirang yang diam memperhatikannya.

" Kenapa kau tak ikut makan? Lihat, temanmu sangat menikmatinya jadi makanlah sebelum mereka berdua menghabiskannya."

Annie mendorong piringnya tak minat, " Yeah tapi aku sudah kenyang...tsk kenapa kau terlihat berbeda."

" Maksudmu? "

" Senyumanmu itu cukup mengerikan bagiku. " ucap Annie seraya menunjuk wajah Levi.

" Benarkah? Jika begitu, aku tidak akan tersenyum lagi." Levi menghilangkan senyumannya lalu duduk di kursi, mengambil piringnya beserta lauk pauk dengan tenang.

" Ngomong-ngomong dimana Mikasa? Seharusnya dia ikut kan? Tidak mungkin saudara sendiri tidak kau undang."

Jean reflek menoleh kearah Reiner saat nama wanita itu disebut. Ia menahan dirinya supaya tetap bersikap tenang.

Full Of Lust [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang