5

5K 482 1
                                    

Dery merasa sangat kaget dengan permintaan atasannya itu karena lantai tersebut merupakan lantai keramat bagi karyawan yang bekerja di perusahaan utama. Jika renjun dipanggil dengan membawa proposal kerjanya maka dapat dipastikan renjun akan segera di pecat. Membayangkannya saja membuat dery ngeri setengah mati.

Dia mau tidak mau langsung bergegas menuju tempat renjun hingga membuat semuanya bingung.

"Ada apa Dery?" Ucap Yedam yang akan segera pergi.

"Renjun, kau dipanggil oleh Presdir. Segera keruangannya dan bawa proposal pekerjaan sebelumnya " Ucap Dery.

"Baik Hyung." Ucap renjun tersenyum karena baginya itu tidak masalah tapi bagi koleganya yang lain sangat berbahaya menghadapi atasan mereka yang sangat kejam dan duda itu.

"Baiklah. Aku akan kembali keruanganku." Ucap Dery lalu pergi sedangkan renjun yang akan pergi melihat wajah tidak bersahabat koleganya.

"Ada apa?" Bingung renjun.

"Kau tau Hyung, lantai paling atas adalah lantai keramat." Ucap Jung Hwan.

"Ne? Maksudnya?"

"Setiap karyawan yang dipanggil kesana dengan membawa proposal kerja mereka pasti akan berakhir di pecat renjun. Kami semua bahkan berharap tidak pernah dipanggil kesana." Ucap Mashiho.

"Benarkah? Apa memang semengerikan itu?" Ucap renjun yang menjadi takut, apa dia benar-benar akan dipecat dan kehilangan pekerjaannya segera?

"Hmm. Aku saja selalu berusaha menghindari lantai keramat itu juga menghindari tatapan tajam Presdir." Ucap Jun kyu.

"Sudahlah. Aku rasa aku akan baik-baik saja. Doakan aku ya?" Ucap renjun berusaha menyemangati diri sendiri dalam hatinya.

"Pasti. Semangat renjun." Ucap semuanya.

"Aku pergi dulu." Ucap renjun lalu menarik nafas dan membuangnya secara perlahan agar tenang dan segera pergi menuju lantai keramat bagi karyawan di perusahaan utama itu.








Ting!

Saat pintu lift itu terbuka renjun benar-benar jadi semakin gugup dan berjalan dengan sisa-sisa keberaniannya lalu diapun melihat asisten Lee.

"Maaf asisten Lee."

"Oh kenapa kemari pak Huang?" Ucap Mark kaget pasalnya dia masih belum bisa mengendalikan penglihatannya dari objek semenawan itu.

"Saya dipanggil oleh Presdir." Ucap renjun apa adanya.

"Aaa, baiklah saya tanyakan dulu." Ucap Mark lalu diapun menekan telponnya. "Presdir pak Huang sudah ada disini."

"Kau sudah boleh masuk." Ucap Mark melihat renjun dan hanya dibalas anggukan. Lalu renjunpun mendekat hingga berada di depan pintu ceo neo corp itu.

Tok...tok...tok...

"Masuk!"

Ceklek.

Renjun membuka pintu ruangan itu secara perlahan dan melihat atasannya itu membelakanginya hingga renjun mendekat dengan perasaan sangat takut, dia takut kalau sampai kehilangan pekerjaan.

"Silahkan duduk." Ucap jaemin datar.

"Baik Presdir." Ucap renjun lalu duduk dihadapan jaemin. Dia benar-benar tidak bisa berpikir kalau sedang gugup begini. Padahal kalau dia jeli dia bisa menebak jaemin dengan langsung.

Lalu jaeminpun memutar kursinya dan melihat renjun yang menunduk.

"Kenapa menunduk? Angkat kepalamu." Ucap jaemin datar dan renjun langsung mengangkat kepalanya dan membulatkan matanya kaget melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.

"Jaemin?!" Kagetnya.

"Apa kabar?" Ucap jaemin tersenyum dan renjun hanya diam berusaha memahami suasana saat ini.

"Jadi kau ceo neo corp?" Ucap renjun kembali dan jaemin balas dengan anggukan kepalanya.

"Kau yang membuatku di mutasi kemari?" Dan jaemin menjawab lagi dengan anggukan.

"Tapi kenapa?" Ucap renjun bingung.

"Itu." Ucap jaemin menunjuk proposal yang masih dipegang oleh renjun.

"Aaa." Ucap renjun lalu memberikan pada jaemin dan langsung dia lihat dengan seksama.

"Aku suka pekerjaanmu. Kau sangat hebat." Ucap jaemin tanpa melihat kearah renjun karena dia sedang menangani detak jantungnya.

"Kau memujiku karena aku teman lamamu atau karena karyawanmu." Ucap renjun bingung.

"Karena kau karyawanku. Aku tidak akan membawa urusan pribadi dalam pekerjaan renjun. Dan semuanya sama di mataku." Ucap jaemin.

"Aaaa, syukurlah." Ucap renjun sembari menganggukkan kepalanya.







Ceklek.

Pintu ruangan jaemin kembali terbuka dan terlihat siluet haruto dengan Yoshi yang mendekat hingga ketiganya sama-sama kaget.

"Renjun?!/renjun ge?!" Kaget haruto dan Yoshi bersamaan.

"Yoshi?! Haruto?!" Kaget renjun lalu merasa ini benar-benar sangat kebetulan sekali. Atau sudah di rencanakan sebelumnya? Ntahlah dia semakin bingung saja.































€€€

Eomma untuk jisung (Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang