50

570 35 7
                                    

Pada akhirnya, dia yang telah hilang kini hadir kembali. Dia yang telah di nyatakan telah habis masanya kini kembali dengan sosok sempurna tanpa satu kekurangan apapun.

Dia kembali, dia datang dan kali ini semua itu nyata. Meskipun semua yang nyata itu tampak seperti mimpi. Mimpi indah yang selama ini di harapkan dan akan selalu di nantikan.

RAMA!

Ya dia Rama, Ramadhan Diki Alvaro. Lelaki itu kini tersenyum pada perempuan yang saat ini hanya berjarak beberapa meter.

Gebi mengucek kedua matanya, lalu mengedipkan matanya berulang kali. Namun sosok itu masih ada di depannya dengan sangat amat nyata.

"Kalau ini mimpi, gue harap jangan bangunin gue untuk kali ini saja!" ucap Gebi.

Rama tersenyum, merentangkan kedua tangannya. Lelaki itu masih tersenyum, raut wajah bahagia nya tak bisa lagi di sembunyikan.

Setelah satu tahun lebih lamanya, kini akhirnya Rama bisa melihat senyum itu lagi. Senyum perempuan yang telah lama tak ia lihat.

"Sini!" Gebi mengangguk, lalu ia berlari ke arah Rama. Mendekap tubuhnya yang masih sama, kokoh.

Gebi terisak dalam pelukan Rama. Membuat kemeja navy yang Rama kenakan menjadi basah oleh air mata Gebi.

Gebi tak bisa lagi berkata kata, kali ini nyata, bukan mimpi.

"Ram, gue harap kalau emang ini hanya mimpi gue mohon sama lo, gue mau tetap seperti ini. Jangan pergi lagi dari gue."

Rama menggeleng, "ini bukan mimpi, hari ini gue nyata. Gue datang buat lo, gue janji nggak bakal pergi lagi dari lo!"

Lantas Gebi merenggangkan pelukannya, melepas pelukan yang sangat di rindukan.

Kini Gebi kembali menatap lekat mata lelaki di hadapannya. Sorot mata itu masih sama, tak ada yang berubah.

"Cubit gue," pinta Gebi yang masih tak percaya dengan apa yang saat ini tengah terjadi.

Rama mencubit pipi Gebi, "Argggghhhhhh, sakit."

Rama kembali tersenyum melihat tingkah Gebi, umur sudah kepala dua tapi tingkahnya masih tetap sama seperti bocah.

***
Banyak pertanyaan yang sejak tadi ingin Gebi tanyakan. Namun perempuan itu masih tak mengungkit luka yang mungkin masih menjadi trauma untuk Rama.

Keduanya kini tengah menikmati ombak laut yang sedikit besar. Tak peduli dengan teriknya panas matahari yang sangat menyengat.

Di bawah awan biru dan tumpukan pasir keduanya tersenyum. Menghirup udara yang sangat menenangkan.

"Gue kira, kita nggak bakal bisa kaya gini lagi, Ram," ujar Gebi yang membuat Rama menoleh ke arahnya.

Lelaki itu tersenyum, "pasti Lo bingung ya kenapa gue bisa balik lagi, sedangkan itu sangat mustahil."

Gebi mengangguk, "tapi kalau lo belum bisa cerita juga nggak apa, kita nikmati hari ini dan hari yang akan terus berlanjut kedepan. Gue nggak mau lo mengingat hal yang menjadi trauma buat Lo sendiri."

Rama terdiam, matanya lurus kedepan. Memang kejadian saat itu membuat dirinya sangat trauma. Tapi kehidupan terus berjalan lurus ke depan.

"Satu tahun gue koma dan setelah sadar gue amnesia, Bi. Gue nggak ingat siapa-siapa. Gue juga bersyukur kalau gue masih di beri kesempatan kedua untuk bisa nemuin orang-orang yang gue sayang. Kejadian hari itu sangat cepat, sampai gue sendiri nggak ingat apapun tentang hari itu."

"Gue di selamatkan oleh warga sekitar, yang memang kebetulan saat itu tengah berlayar mencari ikan. Kondisi gue waktu itu juga sudah benar-benar nggak sadar. Identitas gue hilang semua. Dan satu tahun pemulihan, perlahan gue mulai ingat siapa diri gue, siapa keluarga gue."

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang