02

1.7K 105 1
                                    

Motor Klx hijau itu kini sudah membelah jalanan ibu kota. Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang membuat siapa saja jengah.

Sepanjang jalan, Gebi hanya diam. Di boncengan motor lelaki itu. Mungkin ini adalah hal favorit Gebi jika Rama kembali ke Jakarta. Gadis itu akan selalu merengek untuk di bonceng motor milik Rama.

Namun kali ini berbeda. Jika biasanya gadis itu akan mengoceh, menceritakan banyak hal tentang dirinya atau tentang keluh kesahnya. Hari ini Gebi justru malah banyak diam. Sejak setelah sarapan di rumahnya.

Gebi menyenderkan kepalanya pada punggung Rama. Wangi bahu tubuh Rama menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Wangi yang akan selalu Gebi rindukan pada sosok pemuda itu.

Rasanya tenang sekali. "Tenang, Geb. Semuanya akan baik-baik saja." Lagi-lagi Gebi berujar di dalam hatinya. Seakan menguatkan dirinya sendiri.

Sepeda motor itu membawa mereka ke sebuah mall yang biasa mereka kunjungi jika sedang quality time.

"Geb, lo kenapa? sakit?" Tanya Rama sambil menempelkan tangannya pada dahi gadis itu.

Gebi masih diam. Entah mengapa dirinya kehilangan moodnya hari ini.

"Lo marah sama gue?"

"Apa si ish, ayok buru masuk." Ketus Gebi.

"Kalo lo marah gue minta maaf deh. Mungkin gue bercandanya kelewatan ya."

"Apa si, Ram, gak jelas banget."

Gebi berjalan terlebih dahulu. Meninggalkan Rama yang kebingungan.

Langkah Rama mengikuti kemana gadis itu akan pergi. Masih banyak pertanyaan mengapa gadis itu tidak seperti biasanya.

Namun, bukannya mencari baju kebaya yang gadis itu butuhkan. Gebi justru malah memutari butik ini hampir 5 kali.

Rama menarik lengan Gebi, menghentikan langkah gadis itu. "Geb, lo kenapa si."

Gebi melepaskan cengkraman tangan Rama "Apa si, Ram. Gue gak papa ish."

"Lo sadar gak si, kita udah muterin tempat ini hampir 5kali." Ucap Rama.

Namun detik selanjutnya, mata Gebi justru berkaca-kaca. "Loh, ko malah nangis si." Ucap Rama bingung.

"Gue gak papa, Ram. Gue cuma cape aja. Kita pulang aja yuk. Besok aja gue nyari kebayanya."

Rama menarik gadis itu untuk mendekat kepadanya. "Gue tahu apa yang lagi lo rasain ko, tenang ya semua bakal baik-baik saja. Gue gak bakal ninggalin lo. Gue janji." Ujar Rama berusaha menenangkan gadis itu.

"Engga, Ram. Gue mau pulang aja. Gue capek."

Rama membalikan tubuh Gebi, "Geb, lihat gue." Pinta Rama, namun Gebi masih belum mau menatap manik mata lelaki itu.

"Geb, semua bakal baik-baik saja. Lo tahu gue kan? kita udah biasa seperti ini kan? gue juga gak mau ninggalin lo. Tapi keadaan yang menuntut kita untuk seperti ini. Gue cuma butuh support lo, gue cuma butuh doa lo. Ini impian gue dari dulu,Geb. Gue mau lo selalu dukung gue dan gue janji bakal jadiin lo alasan gue untuk pulang ke Jakarta, setelah keluarga gue." Gebi semakin di buat terdiam, gadis itu sudah sulit untuk berkata-kata lagi.

"Jadi, gue mohon lo ikhlasin gue ya. Kita bakal baik-baik saja, oke?" Rama menghapus sisa air mata di pipi Gebi.

"Sorry ya, Ram. Gue udah egois." Rama mengangguk.

"Sudah yuk, kita cari kebaya buat kamu. Setelah itu kita main Timezone."

***

Setelah makan siang, membeli baju kebaya dan bermain Timezone, Rama memutuskan untuk membawa Gebi ke Ancol.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang