45

454 28 2
                                    

Pagi kini datang menyapa, dengan cahaya berwarna kuning keemasan dari arah timur.

Gebi membuka jendela kamarnya, udara sejuk menyeruak menusuk kulit. Senyumnya terbit kala melihat matahari yang baru saja terbit.

Warna jingga yang menjadi favorit Gebi dengan laki-laki yang kini sudah tenang dalam keabadian. Laki-laki yang mengajarkan banyak hal tentang artinya perjuangan.

Lagi-lagi Gebi teringat akan sosok Rama, sosok yang sampai kapanpun tidak akan tergantikan oleh siapapun, "sampai jumpa di keabadian, Ram!" gumam Gebi lirih.

Hari ini akan menjadi hari bahagia Gebi. Kekasihnya akan melamar dirinya, setelah perjalanan panjang mereka berdua. Setelah banyak hal yang harus ia hadapi dan kini laki-laki yang ia temui di pesawat saat itu akan menjadi calon suaminya.

"Awalnya, gue berharap kalau lo yang akan datang meminta restu sama bapak dan ibu. Tapi Tuhan berkata lain, Tuhan menggantikan nya dengan cara lain. Menggantikan kamu dari versi yang berbeda," ucap Gebi bermonolog.

Benar saja, kalau tidak Naufal yang selama ini menguatkan Gebi, lantas siapa lagi? Belum tentu jika tak ada Naufal, Gebi bisa ikhlas kehilangan Rama sampai kapanpun. Dan mungkin jika tidak ada Naufal, Gebi masih larut dalam kesedihan. Walaupun ya masih saja, jika ia merindukan Rama, rasanya sangat menyakitkan dan menyesakkan dada.

Tapi karena laki-laki itu, dirinya bisa bertahan dan sekuat saat ini. Bukan, bukannya Gebi telah melupakan Rama dan tergantikan oleh Naufal. Hanya saja, Gebi telah mengikhlaskan semua hal yang terjadi saat ini.

Kehilangan memang hal yang sangat menyakitkan, tapi untuk tetap larut dalam kesedihan bukan salah satu yang di benarkah.

Ikhlas bukan berarti telah melupakan, tapi lebih ke menerima takdir yang sudah Tuhan tetapkan.

Gebi membuka pintu kamarnya, kakinya melangkah menuju ke ruang tengah. Ruangan yang akan di jadikan tempat berlangsungnya acara tunangan Gebi dan Naufal.

Tatanan bunga mawar kini menghiasi ruang tamu keluarga Bagaskara. Tiang-tiang di lapisi kain putih dan standing flower terlihat begitu cantik.

Fotografer juga sudah datang untuk mengabadikan momen yang sudah di tunggu-tunggu oleh Gebi dan sang kekasih. Di tengah bunga-bunga yang cantik terdapat nama keduanya. Gebi & Naufal.

Setelah itu, Gebi kembali ke kamarnya. Wajahnya tengah di poles oleh bunda Amel dan teeamnya. Gebi memilih bunda Amel yang menjadi MUA nya sampai hari H nanti.

Wanita paruh baya itu tersenyum, "makasih ya cantik, sudah percaya sama bunda buat ikut serta menjadi bagian dari acara bahagia kamu," ucap bunda Amel di tengah-tengah ia memoles wajah cantik Gebi.

Gebi mengangguk, "sama-sama bunda. Dan harusnya Gebi yang ngucapin terimakasih sama Bunda, karena bunda sudah mau menyempatkan diri bunda di tengah-tengah kesibukan bunda."

"Buat kamu, apapun bunda lakukan, nak," keduanya tersenyum.

***
Di luar sudah terdengar rombongan Naufal sudah datang. Disambut hangat oleh keluarga Bagaskara. Pelukan juga senyuman hangat mewarnai kehadiran mereka.

Seserahan yang di bawa keluarga Yudha juga tak bisa di ragukan lagi. Terhitung kurang lebih ada dua puluh kotak yang berisikan keperluan Gebi dan sepasang kebaya untuk Mbah Uti dan Kakung nya.

Naufal berdiri mengenakan kemeja batik berwarna coklat. Di tangannya sudah ada seikat bunga cantik yang khusus untuk wanita pujaannya.

Acara di mulai. Dengan perkenalan dan maksud tujuan kedatangan keluarga Yudha Pratama.

Setelah cukup panjang menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan keluarga Yudha. Kini Gebi turun dengan di apit oleh Reza dan juga Andin. Yaps, keluarga Rama juga kali ini ikut hadir di tengah-tengah acara bahagianya.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang