30

730 30 0
                                    

Hari ini Rama mengajak keluarganya untuk menghabiskan waktu bersama. Rama akan mengajak mereka dinner di sebuah restoran yang berada di pinggir pantai. Rama ingin menghabiskan waktunya sebelum dirinya berkutat kembali dengan pekerjaannya.

Tak lupa Rama mengajak Nindy, gadis yang selama ini sudah seperti keluarga nya sendiri.

Gadis itu kini sudah berada di tengah-tengah keluarga Rama. Hatinya masih belum tenang memikirkan Rama dan Gebi. Nindy sangat takut sekarang, jika nanti keduanya akan bertemu. Nindy sangat takut kehilangan Rama, Nindy sudah nyaman dengan Rama.

Nindy bingung harus bagaimana, karena Gebi adalah sahabat sekaligus cinta Rama. Nindy takut jika suatu hari nanti Rama bertemu dengan Gebi, dia akan melupakan dan meninggalkannya.

Apalagi setelah mendengar kini Gebi dan Rama mungkin berada tak jauh. Yang bisa Nindy lakukan sekarang adalah berdoa. Dan semoga saja apa yang sudah Nindy dengar tak di dengar oleh Rama. Nindy akan memastikannya kembali, Nindy akan bertanya kepada Raka. Setahu Nindy Raka juga di tempatkan di Jawa Timur.

"Nin!!" Nindy terkejut bukan main ketika namanya terpanggil "kamu kok ngelamun aja si, gak suka sama tempatnya ya?" Nindy menggeleng "engga kok. Aku gak papa, cuma kayanya gak enak badan aja, maaf ya." Rama menempelkan telapak tangannya ke jidat Nindy "kamu sakit? Apa mau aku antar pulang aja?" Nindy menggeleng "gak usah, aku gak papa kok, paling masuk angin aja, gak enak sama keluarga kamu juga kan sudah sampai sini."

Wajah Rama terlihat sedikit panik "kamu beneran gak papa?" Tanyanya kembali memastikan, namun Nindy hanya mengangguk.

Lalu mereka memakan hidangan yang sudah di sajikan. Rama mengambilkan nasi untuk Nindy. Sedangkan Andin hanya menatap tajam abangnya. Andin merasa kesal sendiri karena abangnya lebih perhatian kepada Nindy.

Entah bagaimanapun dulu, Rama tidak pernah melupakan Andin. Sekalipun Rama sedang bersama Gebi. Tapi sekarang, setelah ada Nindy perhatiannya berkurang.

Hening, tak ada suara di antara mereka. Hanya suara dentingan sendok dan desiran ombak laut di depan sana. Hari semakin petang, matahari kini sudah tenggelam di peraduannya. Sinar jingga itu mengingatkan kembali kenangan Rama dengan Gebi. Tapi secepat kilat, Rama menepis semuanya dari pikirannya. Rama melihat wanita yang kini duduk tepat di hadapannya.

"Bunda, papah, Rama minta izin buat ngajak Nindy sebentar, ya." Ucap Rama ketika mereka telah selesai menikmati makanannya.

Amel dan Chandra hanya mengangguk. Lalu Rama membawa Nindy untuk mendekat ke bibir pantai. Rama menggenggam tangan Nindy erat. Semilir angin menenangkan Rama, seakan bebannya ikut hilang bersama ombak yang datang silih berganti.

Rama berhenti tepat di bibir pantai. Tubuhnya kini sudah menghadap ke arah Nindy. Rama menatap lekat mata wanita itu, mata yang sama persis dengan mata sahabatnya. "Suka, gak?" Nindy mengangguk "suka kok." Jawabnya antusias.

Rama masih diam, padahal sebelumnya Rama ingin menyatakan perasaannya kepada Nindy "duduk, yuk." Mereka berdua duduk di hamparan pasir, lalu memandang ke arah laut.

Mereka masih sama-sama diam dengan pikirannya masing-masing. Nindy menengok ke arah Rama, lelaki itu masih menatap tajam ke arah kapal yang tengah bersandar tak jauh dari tempatnya kini berada.

Senyum Rama terbit begitu saja kala tak sengaja memergoki Nindy tengah memperhatikan dirinya. "Iya, saya tahu saya tampan, tapi ngelihatnya biasa aja dong, Bu dokter, hahah." Nindy mencubit pinggang Rama "Awww, sakit sayang." Nindy terkejut ketika Rama mengucapkan kata sayang, lalu dirinya salah tingkah sendiri.

"Dih kok pipinya merah gitu si, hahah." Ledek Rama

"Apaan si, ish, sok tahu banget."

"Haha jangan salah tingkah gitu dong, sayang. Sini-sini, jangan jauh-jauh nanti saya kangen." Rama sedikit merapatkan duduknya dengan Nindy. Sedangkan gadis itu masih tak bisa berbuat apa-apa. Jantungnya masih berdegup sangat kencang. "Apaan si kamu tuh, udah deh aku malu tahu gak si di liatin bunda sama papah kamu juga, tuh." Rama menengok ke belakang, ternyata memang benar, orangtuanya kini tengah memperhatikan dirinya dengan Nindy.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang