48

395 33 1
                                    

Malam terus larut, udara dingin semakin menyeruak menusuk kulit. Ditambah dengan dinginnya AC di kamar lelaki yang kini baru saja pulang menemui seseorang di luar sana.

Rasa lelah masih sangat terasa. Hari yang menguras tenaga dan pikirannya. Hari yang membuat hati dan pikirannya terus berkecamuk memikirkan hubungannya dengan perempuan cantik yang telah ia ikat.

Namun bagaimana jadinya jika dia yang ada di masa lalunya kini hadir kembali? Meminta untuk bahagia bersama, setelah sekian purnama hilang di telan masa?

Naufal berjalan ke arah balkon kamarnya. Menatap bulan dan bintang yang kini menghiasi langit malam dengan sangat terang.

Katanya, bulan sebenarnya tidak mempunyai cahaya, namun cahaya itu berasal dari bintang. Mereka saling melengkapi dan tak pernah meninggalkan satu sama lain.

"Boleh saya minta sumber kebahagiaan saya lagi?" ujar lelaki itu.

Kalimat itu kembali terngiang-ngiang di kepala Naufal.

Naufal memijat kepalanya yang sedikit terasa pening. Dirinya masih ingin berjuang untuk cintanya. Namun apakah bisa ia bahagia dengan perempuan yang masih terjebak dalam masa lalunya?

Apakah ia bisa merajut kisah dengan seseorang yang perasaannya masih belum menjadi miliknya seutuhnya?

Ingin egois tapi Naufal tak bisa memaksa seseorang untuk tetap memberikan rasa yang utuh seperti rasa perempuan itu pada masa lalunya.

"Sial, gue bisa apa!" gerutu Naufal.

Lelaki itu membuka ponselnya, membuka room chat dengan perempuan berlesung pipi dan senyum menawannya.

"Bagaimana bisa saya tidak jatuh cinta dengan kamu, sedangkan kamu sendiri memiliki daya tarik tersendiri untuk saya. Tak heran jika Dia terus meminta kamu untuk kembali bersamanya," monolog Naufal.

***
Gebi tengah tengkurap di kasur king size miliknya. Gadis itu masih memainkan ponselnya, menunggu balasan dari seseorang yang sejak sore tadi tak membalas pesannya.

Namun lelaki itu tak kunjung menghubungi atau membalas pesan dari dirinya.

Entah ada apa dengan lelaki itu, sampai dia tak berniat membalas pesannya.

"Sudah tidur, ya?" tanya Gebi kembali mengirim pesan pada Naufal.

Gebi meletakkan ponselnya di atas nakas. Lalu gadis itu merubah posisinya menjadi duduk. Pandangannya menelisik penjuru kamar bernuansa biru muda.

Lagi-lagi mata gadis itu tertuju pada sebuah foto yang terpasang di sudut kamar itu.

Gebi tersenyum kala memandang foto itu. Senyuman yang penuh arti, "hei laki-laki hebatku, kalau sudah bahagia jangan lupa ajak aku bahagia juga ya," gumamnya.

"Hei, aku Rindu, jangan lupa datang ke mimpi, ya!" monolog Gebi.

Lamunan Gebi akhirnya tersadarkan ketika ponselnya berdering dengan nyaring.

Tangan kanan gadis itu lantas mengambil sebuah ponsel berlogo buah apel di belakangnya.

Tertera nama seseorang yang sejak tadi tak kunjung membalas pesannya.

"Hallo, assalamualaikum," sapa Gebi lebih dahulu.

"Hai, wa'alaikumsallam," jawab Naufal.

Gebi terdiam sesaat, begitu juga dengan Naufal. Lelaki itu masih tak baik-baik saja hari ini.

Banyak kisah yang ingin ia ceritakan pada perempuan yang ia harap bisa menenangkan pikiran dan hatinya.

Namun Naufal memilih untuk tak menceritakan nya pada Gebi. Dirinya terlalu takut, karena ini menyangkut hubungan dirinya dengan perempuan yang saat ini tengah berbicara dengan dirinya.

"Mas?" panggil Gebi, "kok diem, kenapa?"

Naufal menggeleng, "nggak apa," bohong Naufal.

"Kok dari tadi pesan Gebi nggak kamu bales, sibuk banget ya?"

Naufal mengangguk, "maaf ya!"

Gebi tersenyum, "tak apa,"

Lagi, Naufal terdiam. Mata elang itu hanya menatap Gebi melalui layar ponselnya.

Cantik dan selalu cantik. Perempuan itu yang sudah berhasil memporak porandakan hati dan perasaannya.

Adik dari sahabatnya yang sudah ia kenal sejak lama. Adik sahabatnya yang berhasil mencuri kewarasannya.

Perempuan sederhana yang Naufal temui lagi setelah sekian lama tak bertemu. Perempuan itu pada akhirnya membawa dirinya menjadi sangat bucin dan sangat takut kehilangan.

"Sayang," panggilnya tulus.

Gebi mengangguk, kembali menatap mata Naufal dari layar ponselnya.

"Besok temui saya di taman dekat rumahmu, ya," pinta Naufal.

Gebi menatap bingung Naufal, tumben sekali lelaki itu meminta bertemu di taman. Dan biasanya Naufal akan datang menjemput dirinya terlebih dahulu, tapi ini tidak.

"Kok tumben?" tanya Gebi penasaran.

"Hehe nggak apa, pengen aja."

"Yaudah jam berapa?"

"Jam sembilan ya, sayang," Gebi mengangguk.

"Yaudah gih, istirahat, saya juga capek mau istirahat," ujar Naufal.

Lalu setelah itu panggilan terputus. Naufal mengakhiri panggilannya, lalu ia kembali menatap langit.

"Pada akhirnya, saya mengalah. Tapi bukannya saya kalah, hanya saja perasaan tak harus di paksa. Karena yang terpaksa tak akan baik jika terus di jalani,"

🌲🌲🌲

Happy reading semua 🤗❤️

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang