56

443 35 5
                                    

"gue sudah sampai," ucap seseorang di balik ponsel.

Perempuan dengan balutan kemeja berwarna peach dan jas putih yang melekat di balik tubuhnya.

Perempuan itu tengah duduk dan tampak sedang menunggu kedatangan seseorang disana.

Nindya, perempuan itu tengah menunggu Gebi. Keduanya sudah memiliki janji setelah pertemuan mereka kala itu.

"Oke gue tunggu," jawab Nindy singkat.

Setelah menunggu cukup lama, Nindy melihat kedatangan perempuan dengan PDH polri. Banyak mata yang tertuju pada Gebi saat dia masuk ke dalam cafe.

Setelah melambaikan tangan akhirnya Gebi menghampiri Nindy yang berada di meja paling pojok.

Gebi tersenyum, tak ada rasa curiga terhadap perempuan itu. Meskipun dari kejauhan Gebi sudah melihat wajah tak suka dari Nindy.

"Hai," sapa Gebi.

"Hm, duduk," jawab Nindy singkat.

Gebi menarik kursinya, lalu ia duduk berhadapan dengan Nindy.

Tampak sekali wajah dari perempuan itu. Sejak kembalinya Rama, Nindy menunjukkan perubahan yang sangat drastis.

"Gue to the point aja ya, karena gue nggak banyak waktu buat basa-basi," Gebi mengangguk.

Nindy menarik nafasnya dalam. Perempuan itu seperti menahan amarahnya.

"Gue mau lo jauhin Rama!"

Ucapnya singkat, padat dan jelas. Namun sangat menyakitkan untuk Gebi seorang.

"Gue mau lo jauhin Rama, Lo bisa kan nggak egois?" tanya Nindy kembali.

Sedangkan Gebi masih bungkam, mencerna setiap kata yang baru saja Nindy ucapkan.

"Sekali lagi gue mohon sama lo, tolong jauhin Rama. Lo tuh sudah punya Naufal dan sebentar lagi lo bakal pengajuan sama dia. Tapi tanpa sadar lo masih ganjen ke cowok orang!"

Gebi menatap Nindy tak mengerti, ucapan perempuan itu berbeda sekali ketika ada Rama.

"Lo minta gue jauhin Rama?" Tanya Gebi yang di balas anggukan oleh Nindy.

"Terus lo bilang gue ganjen ke cowok orang?" Nindy mengangguk lagi.

"Sekarang gue tanya, sejak kapan Rama menyatakan perasaannya ke lo? Setahu gue dia belum menyatakan perasaannya ke lo," ucap Gebi geram.

Enak saja Nindy mengatainya ganjen ke cowok orang. Sejak kapan dia sudah sah milik Rama. Dan enak saja dia dengan entengnya meminta Gebi untuk jauhin Rama, tak semudah itu.

"Gue tahu Rama belum seutuhnya milik gue, tapi setidaknya lo hargain perasaan pasangan lo. Bukan bertingkah seenaknya ketemu sana sini sama cowok lain."

"Lo bilang Rama cowok lain? Hello, gue yang kenal Rama lebih dulu dan lo baru kenal Rama kemarin sore tapi tingkah lo udah kayak kenal dia jauh dari gue," sindir Gebi tak mau kalah.

Memang ada kalanya Nindy menyadari siapa dia dan siapa Gebi. Pada akhirnya Gebi akan selalu menjadi yang nomor satu untuk Rama.

Tapi Gebi juga tak bisa menampik itu semua. Memang ada benarnya dirinya harus menjaga perasaan Naufal, tapi cara Nindy meminta Gebi menjauhi Rama tidaklah di benarkan.

***
"Gue jemput ya," tulis seseorang singkat mengirim pesan kepada Gebi.

Perempuan itu membulatkan matanya, memang dia sudah janji dengan Rama jika akan pergi menemani Rama untuk menghadiri acara pernikahan Kaka asuhnya.

Jika tanya Nindy dan mengapa tak bersama dengan perempuan itu, jawabannya hanya ada satu. Sibuk!

Nindy saat ini tak bisa di ganggu gugat, perempuan itu tengah berkutat dengan pasien-pasien yang ada di rumah sakit.

Jangan salahkan Gebi jika akhirnya Rama pergi dengan perempuan itu. Padahal tadi siang mereka baru saja bertemu dan meminta Gebi untuk menjauhi Rama.

"Mau kemana?" Tanya Gita di ambang pintu masuk.

"Pergi kondangan," jawab Gebi, namun Gita menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Perempuan yang baru saja pulang dari kantor tampak bingung, "emang siapa yang nikah? Anggota mana yang nikah kok gue nggak di undang?"

Gebi tertawa melihat wajah Gita yang tampak kebingungan. Perempuan itu akan menjadi lola ketika sangat lelah.

"Wajah lo tuh kondisikan," ucap Gebi menahan tawa.

Gita ikut duduk di samping Gebi, "ini gue serius nanya, lo malah ketawa."

"Habisnya lo lucu kalau lagi bingung gitu,"

Gita mengerucutkan bibirnya, "bang Gilang noh yang mau nikah," lanjut Gebi.

Gita hanya ber oh ria. Tapi detik selanjutnya perempuan itu melempar sebuah kaos kaki yang baru saja ia lepas.

"Hah bang Gilang?" Gebi mengangguk, "itu calon suami gue anjir!" Gerutu Gita tak percaya.

Gebi tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit karena sejak tadi menertawai Gita. Demi apapun wajah Gita saat ini sulit sekali di deskripsikan.

"Bi lo nggak usah ngada-ngada dah," Gebi menahan tawanya sampai akhirnya klakson suara mobil mengintruksi tawa Gebi.

"Canda, Ta."

"Gebi sialan!" Teriak Gita dari dalam, sedangkan Gebi sudah keluar menghampiri Rama yang sudah menunggunya di sana.

"Sorry, Ta," ujar Gebi dari kejauhan. Pasalnya Gita mengejar Gebi sampai keluar rumah.

Dan ternyata yang datang adalah Rama. Lelaki itu sudah sangat rapih dengan kemeja batik berwarna senada dengan dress yang di gunakan Gebi.

"Gue pinjem bestie lo dulu, bye," kata Rama melambaikan tangan.

"Bawa aja sono, kaga usah balikin juga gue ikhlas banget!"

Gebi dan Rama tertawa melihat wajah Gita yang merah padam. Lalu Rama membukakan pintu mobil mempersilahkan Gebi untuk masuk.

Setelah itu mobil melaju jalanan malam yang tampak cerah dengan bulan dan bintang di atas langit sana.

Gebi terdiam tak banyak bicara, perempuan itu masih malas dengan Rama. Bukan karena dia yang salah tapi gara-gara perempuan yang tadi siang ia temui.

Perempuan yang saat ini tengah dekat dengannya.

"Yuk turun," ajak Rama yang akhirnya membuyarkan lamunan Gebi.

"Sudah sampai?" Rama mengangguk.

Lalu lelaki itu turun dan dengan cepat memutar untuk membuka pintu mobil.

Setelah sampai di parkiran tampak sudah sangat ramai dengan kendaraan roda empat.

"Acaranya di pantai?" Rama mengangguk lagi.

"Yuk," ajak Rama mengulurkan tangannya.

Akhirnya lelaki itu menggandeng tangan Gebi. Mereka berdua tampak sangat serasi.

Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka berdua. Pasalnya mereka berdua layaknya kekasih yang sangat serasi.

Gebi sangat takjub ketika baru saja memasuki pintu masuk acara.Terlihat mewah namun masih elegan. Banyak lampu lampion yang menambah kesan romantis.

Rama menoleh pada Gebi, "bagus ya," Gebi lantas mengangguk.

Wedding impiannya pun akan seperti ini. Di pinggir laut dengan warna jingga di langit sana.

"Impian gue banget," ujar Gebi lirih, namun masih bisa di dengar oleh Rama.

"Gue akan mewujudkannya suatu hari nanti, jika Tuhan memang menakdirkan kita berdua untuk bersama," gumam Rama dalam hati.

🌲🌲🌲

Happy reading semua 🤗❤️

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang