39

664 33 2
                                    

Beberapa hari setelah dinyatakan hilang kontak, kini dengan berat hati panglima TNI mengatakan jika KRI Nanggala tenggelam di kedalaman 838 meter di perairan utara Bali, 53 awaknya dinyatakan gugur.

Air mata tak bisa lagi Gebi bendung. Semua harapan bertemu kembali dan memulai kembali dengan Rama kini telah usai. Bahkan pengabdian Rama untuk negara kini juga telah usai.

Hari ini Gebi akan bertolak ke Bali. Tempat dimana sahabatnya itu berada. Senyumnya ia paksakan hanya untuk terlihat baik-baik saja di depan Gita, sahabatnya.

Gebi di minta oleh Chandra untuk bisa hadir di upacara tabur bunga.

Dengan langkah berat, Gebi keluar menyeret koper. Dirinya akan berada di Bali selama beberapa hari.

Gita memeluk Gebi erat "Lo beneran nggak apa-apa?" Gebi mengangguk sambil tersenyum simpul. "Gue nggak apa-apa kok, Lo tenang aja ya."

Gita kembali memeluk Gebi. "Gue anterin lo ke bandara ya."

Gebi mengangguk, lalu kini keduanya masuk ke dalam mobil. Gita masih senantiasa memeluk Gebi, memberikan kekuatan kepada gadis itu. Pasalnya tak mudah untuk Gebi, seseorang yang sangat berharga bagi nya kini harus gugur saat menjalankan tugasnya.

Gebi menyandarkan kepalanya di pundak Gita. Air matanya tak terasa menetes membasahi pipinya.

Dengan cepat, Gebi menyeka air matanya. Sampai detik ini Gebi masih belum percaya. Dadanya masih terasa sesak dan air mata masih selalu lolos dari pelupuk matanya.

Gebi berusaha memejamkan matanya, tapi dirinya di kejutkan oleh ponselnya yang berbunyi. Nama Naufal tertera di layar ponselnya.

Gebi menggeser ikon telepon yang berwarna hijau.

"Hallo, assalamualaikum, dek." Sapa Naufal.

"Iya, wa'alaikumsallam, mas."

"Kamu sudah berangkat, sayang?" Tanya Naufal memastikan, karena kebetulan Naufal mendapatkan tugas untuk ikut serta membantu pencarian.

"Ini lagi mau ke bandara, mas." Ucap Gebi dengan suara seraknya.

"Yasudah kamu hati-hati ya, sayang. Kalau sudah sampai kabarin, mas, biar nanti mas jemput di bandara."

Gebi mengangguk "iya mas." Jawab Gebi singkat. "Kalau gitu mas matiin dulu, ya. Jangan banyak ngelamun loh, dek."

"Iya mas."

Setelah itu panggilan terputus dan mobil sudah berhenti tepat di lobby bandara. Gebi dan Gita turun dari mobil, lalu Gebi mengambil kopernya di bakasi mobil.

Gebi menyeret kopernya, lalu keduanya berjalan masuk.

"Hati-hati ya, Bi. Lo pasti kuat kok,.!" Gebi mengangguk, lalu memeluk Gita untuk kesekian kalinya.

Suara isakan kembali terdengar di telinga Gita, ketika tubuh Gebi berada di pelukan Gita. "Udah dong jangan nangis lagi." Pinta Gita sembari menghapus air mata Gebi. "Kalo lo gini terus yang ada gue khawatir sama lo, nanti bisa-bisa gue ikut terbang juga dah." Canda Gita. "Makasih ya, Ta. Lo juga hati-hati disini, doain gue ya, Semoga gue kuat.!" Gita mengangguk "iya, Bi, gue bakal doain lo terus kok, semangat ya." Gebi tersenyum, lalu dirinya melangkah menyeret kopernya.

Gebi melambaikan tangannya ke arah Gita. Air matanya masih terlihat di pipi gadis itu.

***

Nindy begitu terkejut ketika melihat berita di salah satu stasiun televisi. Dadanya begitu sesak ketika mendapati berita jika kapal yang memang di gunakan Rama saat menjalankan tugas kini harus hilang kontak.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang