08

1.2K 74 0
                                    

Lelah. Satu kata yang mewakili Gebi saat ini. Namun rasa lelahnya itu sudah terbayar lunas dengan kebahagiaan Rama. Kebahagiaan keluarga Rama.

Hari ini Gebi tidak langsung pulang ke Jakarta, melainkan akan menginap di rumah dinas pak Chandra dan bunda. Orang tua Rama memang bertugas di Magelang. Mereka menjabat sebagai Kasatlantas polres Magelang.

Rumah dinas yang sederhana, namun begitu nyaman. Gebi pun suka dengan suasana rumahnya. Bunda menata rumah ini dengan sangat rapi, bersih dan wangi pula.

"Selamat datang di rumah dinas bunda ya, Geb." ucap bunda.

Gebi tersenyum ramah "hehe, iya bun terimakasih sudah mau menerima Gebi di sini."

"Yaelah, lagian kamu jangan sungkan-sungkan untuk mampir, kalau pas kamu lagi liburan kesini ya." Titah pam Chandra.

"Siap, om."

Kemudian Amel bangkit dari duduknya. Berjalan ke arah belakang. Yang Gebi tebak bunda akan masuk ke dapur.

Sekarang hanya ada Chandra, Andin dan Gebi di dalam ruang tamu. Semuanya terlihat sangat lelah hari ini. Rama, pemuda itu tengah berganti pakaian di kamarnya.

Suara pak Chandra menginterupsi. Memecahkan keheningan di dalam ruangan yang amat sederhana itu. "Nak Gebi." Gebi langsung menoleh.

"Iya, pak."

"Setelah ini kamu mau lanjut kemana? secara kemarin om dengar kamu juga jadi lulusan terbaik tahun ini."

"Siap, om. Gebi niatnya mau ikut SBMPTN. Ambil prodi ilmu komunikasi di Semarang."

Pak Chandra tertawa ketika mendengar jawaban formal yang keluar dari sahabat anaknya itu. "Sudah jangan bicara formal seperti itu, bicara seperti biasa saja ya." Gebi mengangguk "Iya siap salah, Gebi minta maaf om."

Chandra mengangguk, memaklumi Gebi. "Kenapa gak ambil kedokteran saja?" Gebi menggeleng.

"Engga, om. Gebi kan anak sosial, gak mau ambil resiko aja. Kalau Gebi ambil kedokteran juga percuma dong, Gebi harus ngulang semua dari awal. Dan Gebi juga kurang berminat juga si om."

"Oalah gitu toh nduk. Ya sudah semoga hasilnya memuaskan ya. Dan jangan lupa buat selalu dukung Rama, support Rama ya nduk." Gebi mengangguk lagi. "Iya om, Gebi akan terus mensupport Rama."

Tiba-tiba orang yang sedari tadi dibicarakan muncul di depannya. Mengenakan pakaian oblong dan celana pendek di atas lutut. Mungkin bukan pemandangan baru lagi untuk Gebi ketika melihat Rama mengenkan pakaian seperti itu.

Tapi satu hal yang baru Gebi ketahui, ternyata Rama benar-benar tampan. Apapun yang dia kenakan, pasti akan terlihat sangat gegah. Pantas saja banyak gadis yang menyukai dia.

Bulu matanya yang lentik dan bibir ranumnya yang berwarna pink, juga rambut cepak kesukaan Gebi. Membuat Gebi luluh akan pesonanya. Tapi apalah daya, Gebi hanya bisa mengakui hal itu di dalam hatinya.

Gebi sadar akan posisinya saat ini. Gebi hanya sebatas sahabat pemuda itu saja. Gebi tidak mau jika ada perasaan lebih untuk Rama. Karna bagi Gebi persahabatan jauh lebih baik dari pada mengandalkan perasaan yang Gebi tahu suatu saat akan merusak sebuah persahabatan yang lama mereka bangun.

"Lo kalo mau ganti pakaian di kamar Andin ya." Ucap Rama.

"Iyalah, masa di kamar lo sih. Ada-ada aja deh." Jawab Gebi ketus.

"Yaelah gak usah ketus gitu napa si jawabnya."

"Bodo amat, intinya gue masih marah sama lo."

"Dih ternyata lo masih ngambek cuma gara-gara gue tinggal tapi gak pamitan sama lo?" tanya Rama sambil membanting tubuhnya ke sofa di samping Gebi.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang