09

1.1K 70 0
                                    

Pagi hari di kota orang, pemandangan dan udara sejuk bisa Gebi rasakan. Menenangkan sekali baginya. Dan membuat perempuan itu merasa betah jika berlama-lama disini.

Hari ini, Rama akan mengajak Gebi untuk menikmati keindahan kota jogjakarta dengan semua keindahannya.

Lelaki itu kini telah terbalut Hoodie hitam dan jelana jeans. Di depannya sudah tergantung tas hitam kecil yang menjadi hadiah ulang tahun Rama tahun lalu dari perempuan yang ada di hadapannya saat ini.

Gebi tersenyum, menatap takjub sahabatnya, "ciptaan Tuhan, mahakarya Tuhan, oh Tuhan kenapa bisa ganteng banget, si," gumam Gebi dalam hati

Bohong sekali jika selama ini dirinya tak menyukai Rama. Bohong sekali jika selama ini Gebi tak tertarik pada sahabatnya itu. Namun, Gebi terus memilih untuk tak membiarkan perasaannya jatuh terlalu dalam pada sosok sempurna yang selama ini menjadi sandarannya.

Sedangkan Gebi juga nampak terlihat sangat cantik saat ini, dengan celana jeans dan kemeja polos dan jilbab yang ia padukan sama dengan warna bajunya.

Keduanya tampak terlihat cocok sekali jika disandingkan.

"Pah, Rama mau izin buat jalan-jalan sama Gebi, ya," Chandra menatap anaknya yang sudah sangat rapi.

Chandra mengangguk, "boleh, tapi harus di jaga ya. Anak orang itu loh, terus ingat pulangnya jangan kemalaman, besok pagi Gebi kan pulang."

"Ya iyalah anak orang masa anak kucing," celetuk Amel yang juga sudah rapi dengan pakaian serba pink. Perempuan itu juga ada giat hari ini.

Rama melirik kearah Gebi, lalu Rama memberikan hormat pada sang ayah, "siap komandan,"  ucap Rama, lalu memberi hormat pada papahnya.

Kemudian, Rama menarik kursi untuk Gebi "duduk," Gebi mengangguk, "makasih, Ram."

"Gue bertahun-tahun menjabat sebagai ADIK TERCINTA lo nggak pernah tuh gue di gituin sama lo, bang," ujar Andin menatap tajam Rama. Perempuan itu merasa iri dengan perlakuan yang Rama berikan pada Gebi yang hanya sahabatnya.

"Anak kecil nggak boleh iri, wle," Rama menjulurkan lidahnya, membuat Andin semakin dibuat kesal olehnya.

Setelah itu, Rama duduk disamping Gebi. Melanjutkannya sarapan pagi seperti biasa, bedanya kini disamping Rama ada seseorang yang selalu membuat jantungnya terasa tidak bekerja dengan baik.

***
Dengan motor Sport berwarna hitam, Gebi berdiri di depan lelaki yang tengah memasangkan helm di kepalanya.

"Dah siap, ayok naik," Gebi mengangguk, lalu tangan Rama membantu Gebi untuk naik keatas jok motornya.

Perempuan itu sudah siap di boncengan Rama. Memeluk lelaki itu dari belakang, membuat jantung keduanya terasa bekerja lebih cepat dari biasanya.

Motor sport itu melaju meninggalkan pekarangan rumah, melaju dengan kecepatan sedang.

Wangi parfum Rama menyeruak di indra penciuman Gebi. Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir Gebi bisa di bonceng motor oleh Rama.

Lelaki itu pasti akan sibuk sekali setelah ini, Gebi menyandarkan kepalanya pada punggung Rama. Sedangkan Rama, tersenyum dibalik helm full face yang ia kenakan.

Tujuan Rama saat ini adalah Pinus pengger. Rama memarkirkan motornya. Lalu setelah membeli tiket, Rama menggandeng tangan Gebi. Seperti sepasang kekasih yang tengah di mabuk cinta.

Banyak orang yang sejak tadi memandang mereka. Namun apa peduli, mereka mungkin hanya iri saja wkwk.

Setelah berfoto mereka turun untuk mencari makan.

Friendzone (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang