Ep. 1 🛺

2.6K 115 0
                                    

WinMetawin's POV :

Seperti biasa, hari dibuka dengan sinar matahari yang begitu terang dan panas menyinari bumi dan cahaya itu menembus gorden cendela kamarku dan menabrak wajahku dengan cepat sehingga membuat mimpiku yang sejujurnya tidak begitu indah menjadi terhenti dan aku pun mulai membuka mata perlahan seraya mengambil nafas yang dalam.

Mataku terbuka tidak begitu lebar tapi cahaya tersebut sudah membuatku silau yang menandakan bahwa hari sudah mulai pagi dan saatnya bagiku untuk bangun dan mulai beraktivitas seperti biasanya.

Aku membuka mataku perlahan dan menguap untuk mengumpulkan energi sambil meregangkan tubuhku yang kaku seperti pak tua renta ini. Desahan kecil pun keluar dari mulutku karena aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika meregangkan tubuhku di pagi yang begitu cerah ini.

Suasana dingin diikuti kicauan burung yang begitu merdu membuat suasana hatiku menjadi gembira.

'Hufttt...'

Aku terdiam sejenak dan membersihkan sedikit kotoran di mataku yang masih lumayan buram sambil meraba lemari kecil yang berada di sampingku untuk mengambil ponsel.

Setelah mendapatkannya, aku menyalakan ponsel tersebut dan melihat jam yang menunjukkan tepat pukul 6 pagi. Aku meletakkan kembali ponselku dan mencoba untuk menggerakkan punggungku naik dan aku masih mencoba untuk mengumpulkan nyawaku dengan duduk di samping tempat tidurku yang sangat nyaman ini.

Namaku Win, Win Metawin, seorang pria tampan yang hidup seorang diri di Bangkok, Thailand.

Aku berada disini bukan untuk mencari jodoh atau semacamnya, tapi aku harus berkerja demi menghidupi adikku yang tinggal lumayan jauh dari sini. Adikku menempati rumah peninggalan orang tua kami yang meninggal kurang lebih 7 tahun yang lalu diakibatkan oleh sebuah kecelakaan orang yang tidak bertanggung jawab.

Tapi sudahlah, aku dan adikku sudah memaafkannya karena mau bagaimanapun apa yang sudah terjadi tidak akan bisa diputar kembali bukan?. Kami hanya bisa merelakannya pergi tanpa bisa berbuat apapun, kami hanya harus terus bertahan hidup disini.

Waktu itu kami berempat sedang pergi berlibur di kota Chiang Mai, kota tersebut berada tidak jauh dari rumah kami sehingga kami memilih untuk mengendarai mobil. Lagipula kita bisa menikmati pemandangan kota dengan menggunakan mobil, berbeda jika kita menggunakan kereta.

Perjalanan itu kami tempuh dalam waktu kurang dari 4 jam. Disaat kami mulai sampai ke perbatasan kota, sebuah tragedi yang tidak kami inginkan pun terjadi. Aku mendengar sebuah tembakan keras yang berada di sebelah kanan kami.

Suara tembakan itu diikuti oleh aksi kejar mengejar sebuah mobil yang melaju cukup cepat dan sepertinya diikuti oleh mobil yang melaju sama cepatnya di belakang mobil tersebut. Posisi kami sedang berada di tengah perempatan dan kecelakaan pun tidak bisa dihindarkan.

Salah satu mobil tersebut melaju cukup cepat namun pengemudinya tidak bisa mengendalikan mobilnya dengan baik sehingga mobil tersebut pun melaju menabrak mobil kami.

Saat itu aku masih berusia cukup muda dan kejadian itu membuatku trauma seumur hidupku, aku ketakutan dan hormon adrenalin ku meningkat cukup signifikan sehingga membuatku pingsan sesaat sebelum tabrakan tersebut terjadi.

Aku tidak mengetahui secara pasti bagaimana mobil kami melesat jauh akibat tabrakan tersebut.

Sesuatu yang aku ingat saat tabrakan tersebut adalah mobil itu menabrak bagian depan mobil kami sehingga orang yang mendapatkan benturan lebih keras daripada aku dan adikku adalah orang tua kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuatu yang aku ingat saat tabrakan tersebut adalah mobil itu menabrak bagian depan mobil kami sehingga orang yang mendapatkan benturan lebih keras daripada aku dan adikku adalah orang tua kami.

Mobil kami melesat dan saat aku sadar, mobil kami sudah dalam keadaan terbalik dan mengeluarkan asap yang sebegitu banyak membuatku batuk dan sakit mata. Kepala ku sangat pusing karena terbentur cukup keras.

Satu-satunya hal yang terlintas di pikiranku saat itu adalah bagaimana caranya aku bisa keluar dari kecelakaan mobil ini. Aku benar-benar seperti orang yang kebingungan saat kejadian tersebut.

Saat aku mencoba untuk merangkak keluar, aku merasakan sakit yang luar biasa pada kaki kananku dan aku tidak bisa menggerakkannya, terasa seperti terjepit oleh sesuatu. Aku mencoba melihatnya dan benar saja, kaki ku terhapit oleh bantalan kursi sehingga sulit untuk ditarik, tapi satu hal yang aku tau, mobil berpotensi untuk meledak ketika terjadi tabrakan, jadi aku harus mencoba keluar dari mobil ini secepat yang aku bisa bisa.

Aku merontakan kaki ku dengan kuat dan beruntung aku bisa melepaskannya dan merangkak keluar dengan tubuhku yang penuh luka dan rasa sakit akibat tergores bagian dalam mobil. Aku merasakan sakit pada kepalaku dan aku sadar ada darah menetes darinya.

Setelah berhasil melepaskan kaki ku, aku merangkak sekuat tenaga menjauh dari mobil tersebut. Aku mendengar sirine polisi dan ambulance tapi aku tidak bisa bertahan, aku pingsan setelahnya karena kehilangan cukup banyak darah.

Saat aku sadar, kepalaku sudah terbalut oleh perban dan sekujur tubuhku seperti sedang dipukuli oleh banyak orang. Sungguh sakit. Bahkan hampir terasa seperti lumpuh. Aku mencoba membuka mataku perlahan dan melihat seseorang yang sepertinya menungguku untuk sadar dan itu adalah saudara dekat ayahku.

"Ayah, Ibu, kemarilah, Kak Metawin sudah sadar!" ucap keponakanku dengan senang ketika melihatku mulai membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, Ibu, kemarilah, Kak Metawin sudah sadar!" ucap keponakanku dengan senang ketika melihatku mulai membuka mata.

Saudaraku pun bangun dari sofa dan berjalan mendekat ke arahku.

"Win, bagaimana keadaanmu?" tanya Tanteku dengan lembut sambil mengusap lembut tanganku yang masih tertancap infus untuk memberikanku tenaga.

"B-badanku terasa sakit," ucapku terbata-bata karena tubuhku terasa luar biasa sakit saat aku mencoba untuk menggerakkannya.

"Tidak apa-apa, beristirahatlah dulu, kamu masih belum boleh banyak bergerak," ucap Pamanku untuk membuatku tenang.

"Bagaimana keadaan keluargaku?" aku bertanya penasaran

"Mereka semua baik-baik saja dan sedang dirawat di ruang sebelah, untuk sekarang kamu tidak perlu mengkhawatirkan mereka, kamu harus cukup istirahat agar segera pulih," ucap pamanku saat itu.

Setelah mendengar itu, aku mulai bisa bernafas lega, akhirnya aku tidak perlu mengkhawatirkan keluargaku karena mereka sepertinya tidak apa-apa. Aku kembali memejamkan mataku dan tertidur pulas pada saat itu.

...

Setelah aku merasa sudah mengembalikan energiku, aku terbangun dan melihat tante beserta keponakanku sedang duduk di atas sofa. Keponakanku melihatku terbangun dan berjalan menghampiriku.

"Kak Iwin, bagaimana keadaan kakak, apakah masih ada yang terasa sakit?"

"Tidak, aku sudah baik-baik saja, terima kasih ya, Rendy."

Rendy mengambilkanku sebotol minuman air putih untuk menyegarkan tenggorokanku yang sejujurnya terasa sangat kering dan sakit saat aku menelan saliva.

"Nih kak, minum dulu, tapi sedikit saja ya."

"Eum."

Aku meminumnya perlahan dari sebuah sedotan putih dibantu oleh Rendy, itu terasa sangat nikmat, airnya mengalir deras membasahi tenggorokanku dan membuat sepertiga nyawa ku kembali.

"Sudah, dokter melarang kakak untuk minum atau makan terlalu banyak, sementara ini Kak Iwin beristirahat saja dulu, kalau butuh apa-apa, silahkan panggil Rendy."

"Terima kasih banyak ya, Rendy."

"Iya kak."

To be continued...
Sebelum baca part selanjutnya, jangan lupa vote dulu ya!! Terima kasih ^^

Exclusive Bodyguard || BrightWin [FR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang