13. MARAH

18.7K 1K 22
                                    

Selamat Membaca.

Brian uring-uringan. Lelaki itu mendengar kabar dari rumah bahwa anak semata wayangnya belum pulang dari sekolah.

Dia juga sudah menanyakan kabar tersebut ke Pak Iman selaku supir yang biasa mengantar jemput anaknya.

Menurut Pak Iman, Vino meminta agar tidak dijemput karena akan bermain dengan teman sekolahnya yang bernama Melan.

Namun sampai pukul 06.00 sore, Vino tak kunjung pulang.

Brian pun mendapatkan kabar yang sama dari orang tua Melan.

Sebenernya apa yang mereka mainkan sampai-sampai melupakan waktu?!

Brian menghubungi seseorang yang ia duga mengetahui keberadaan sang anak.

"Haloo... kenapa dok?"

Orang yang Brian hubungi adalah Windi. Kandidat pertama yang memungkinkan kaburnya Vino.

"Apakah Vino bersamamu?" Tanya Brian.

"Engga tuh, dari siang aku di kost sendirian. Anak itu juga gak ngehubungin aku hari ini. Kenapa emangnya?"

"Oke. Tunggu saya."

Brian memutuskan panggilan secara sepihak. Bapak satu anak itu memang sudah merasa aneh sedari pagi.

Vino yang biasa sangat susah dibangunkan, tiba-tiba sudah rapi tanpa ada drama.

Brian kenal dengan anaknya. Pasti ada yang membuat dirinya senang sehingga semangat untuk berangkat sekolah.

Vino itu tipikal anak yang mudah sekali dengan iming-imingan hadiah. Bahkan hadiah sederhana saja Vino akan senang bukan main. Maka dari itu, Brian cukup ketat menjaga Vino. Membayangkan begitu mudahnya penculik membujuk Vino, bahkan dengan sebuah gulali sekalipun.

Dua puluh menit, mobil Brian sampai di pelataran kos Windi.

Suasana ramai dengan anak-anak kos lain yang baru pulang dari aktivitas kesehariannya. Kos Windi memang beragam, tidak hanya kaum pekerja seperti dirinya saja, melainkan ada juga beberapa mahasiswi yang ikut meramaikan kost tersebut.

Brian masih berdiam diri didalam mobil. Retina matanya tak satupun menangkap kehadiran Windi diantara gadis-gadis yang lain.

Tak mau menunggu lebih lama lagi, Brian langsung men-dial nomor perempuan tersebut.

'Panggilan Ditolak.'

Mata Brian melotot lebar. Saking lebarnya, bahkan melebihi mata sosok Minnions. Baru Kali ini panggilan teleponnya di tolak oleh perempuan.

Jika biasanya dia yang menolak panggilan dari beberapa karyawannya, kini laki-laki itu tahu seperti apa rasanya ditolak.

Belum sempat tangannya mengulang panggilan tersebut, Pintu sebelah kirinya terbuka dan muncul sosok yang menolak panggilannya tersebut. Perempuan itu mengenakan piyama biru lengan panjang dan tengah menatap Brian.

"Kenapa lagi sih dok? Perasaan hobi banget deh ke kos-an Windi!" Ucap Windi Kesal.

Bagaimana tidak kesal, Windi itu dikenal sebagai sosok yang jarang sekali membuat pusat perhatian. Apalagi membawa lawan jenis. Nah sekarang saat kondisi kos tengah ramai, Brian datang dengan mobil besarnya yang menarik perhatian.

"Kenapa emangnya? kamu malu? Syukur saja saya tidak keluar dari mobil." Balasan Brian membuat kepala Windi mengangguk otomatis.

Ada benarnya juga sih. Setidaknya teman-temannya tidak tahu siapa yang datang menemuinya.

"Loh,loh... ini mau kemana dookk???!!!" Panik Windi saat mobil mulai meninggalkan latar kos.

"Kita cari Vino."

Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang