18. Sebuah Janji Kecil

14K 790 8
                                    

Selamat Membaca.

Windi menatap pantulan bayangannya didepan cermin. Gaun pilihannya tampak begitu menawan dan mahal saat dikenakan. Sungguh sangat jauh berbeda dengan gaun pengantin  yang ada di salon dekat kontrakannya.

Tangannya menyentuh manik yang katanya terbuat dari swarovski. Sangat jernih dan bercahaya. Mata Windi hampir tak berkedip dengan kilauan yang terpancar dari permata tersebut.

 Mata Windi hampir tak berkedip dengan kilauan yang terpancar dari permata tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Windi masih termangu. Perbuatan baik apa yang ia lakukan di masa lalu sehingga membuat dirinya bisa menikmati gaun nan cantik ini.

"Sudah siap Bu menemui Bapak?"

Lamunan Windi pecah. Jantungnya bergemuruh kencang membayangkan dirinya harus tampil di depan Brian. Rasa percaya dirinya hilang begitu saja.

"Tenang Bu, Gaun ini sangat cocok untuk Ibu..."

"Ibu sangat cantik." Imbuhnya.

Walaupun kenyataan yang dibilang pegawai tersebut benar, tidak dapat mengembalikan rasa percaya diri yang Windi miliki.

Akhirnya setelah menimbang cukup lama, Windi pun kini berdiri di hadapan Brian. Lelaki itu masih asyik dengan tablet di tangannya. Seperti biasa, Brian akan bekerja di mana pun berada. Benar kata Vino, kenapa Brian tidak menikahi tabletnya saja?!

"Mohon maaf Pak, boleh ditengok dulu penampilan Ibu-nya.."

Ucapan Pegawai tersebut seperti angin lalu. Buktinya tidak membuat Brian mengalihkan pandangannya. 

"Mas? Mas Brian??" Kali ini Windi mencolek lengan kekar Brian.

"Eh, Iya ada apa Win?"  Brian akhirnya merespon panggilan Windi. Diletakkannya gadget tersebut di atas meja hitam berbahan kaca.

"Bagaimana Mas penampilanku? Ini gaun yang paling tertutup di antara lainnya."

Brian memindai penampilan perempuan di hadapannya. Tubuh Windi yang tidak terlalu gemuk itu pas di padankan dengan gaun yang seolah melekat pada tubuhnya. Cantik, tapi entah kenapa pikiran Brian kembali ke masa silam. Masa-masa saat dirinya memilih gaun pernikahan dengan Jesslyn. Dan kini pernikahannya telah kandas.

Brian menghembuskan nafasnya pelan. "Kita ganti saja ke Kebaya Win. Kamu ingin adat jawa kan?"

Windi bengong. Hatinya sungguh dibuat kesal oleh laki-laki yang sayangnya adalah calon suaminya. Kalo memang mau pakai kebaya, kenapa nggak bilang dari tadi? Sekarang Windi sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk finishing gaun di tubuhnya, kini dengan entengnya Brian menyuruh untuk berganti ke Kebaya.

"Kenapa memangnya? aku suka dengan gaun ini. Kenapa harus di ganti?" Tanya Windi.

"Saya mau kamu ganti Windi!"

"Ya Kenapa?! Kenapa mendadak harus ganti? Ada apa?!" Ini adalah pertama kalinya bagi Windi melawan Brian.

Brian menoleh ke arah sang pegawai, memberikan sinyal agar meninggalkan mereka berdua.

Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang