Selamat Membaca.
Setelah mengucapkan sebuah janji, perlakuan Brian berangsur berubah. Biasanya lelaki itu hanya meninggalkan notes saat akan pergi bekerja, kini ia mau menemui Windi untuk berpamitan. Bahkan terkadang ikut sarapan bersama. Walaupun hanya di hari Minggu.
Seperti sekarang, Lelaki itu tengah menyantap udon buatan Windi. Suatu perubahan yang membuat para Maid terbengong melihat tuannya. Brian yang biasanya sarapan dengan menu satu mangkuk sereal gandum serta segelas susu, kini begitu lahap memakan makanan berlemak.
Semangkuk Udon milik Brian tandas. Pria itu mengelap bibir tebalnya menggunakan tissue.
"Mau nambah lagi Mas?" Tawar Windi
"Enggak."
"Pino mau tambah mamii..."
Windi tersenyum lembut kearah Vino. Memang bocah kecil itu sangat pintar menaikkan moodnya.
"Vino mau nambah lagi?"
Vino mengangguk. "Mau kuahnya aja Mi."
"Oohh.. nambah kuah ya?"
"Hihihi. Kalo mie nya kan Pino masih banyak mi."
Windi menuruti permintaan Vino. Calon anak sambungnya itu. Untuk masalah makan memang Vino cenderung lebih gampang dari pada anak seusianya. Asal tidak pedas, dia mau memakan apapun masakan yang dihidangkan Bibi atau Windi.
Itu yang membuat Windi suka jika membawakan Vino bekal ke sekolah. Karena akan selalu habis tak tersisa.
"Mau jalan-jalan kemana?"
Pertanyaan Brian sontak membuat dua orang lainnya menoleh. Ini adalah pertama kalinya Brian bertanya seperti itu di hari libur. Biasanya dia akan sibuk dengan grafik-grafik cantik yang ada di tabletnya.
"Mas Brian tanya ke kita?" Tanya Windi memastikan apakah telinganya salah mendengar.
Brian mengangguk.
"Memang nggak ada kerjaan hari ini Mas? tumben ajak kita jalan-jalan?"
"Ada. Tapi saya sudah suruh Jhony untuk take over."
"Vino mau jalan-jalan kemana hari ini?"
Vino sumringah. dirinya memang sedang menginginkan pergi ke ke Dunia Fantasi seperti yang dilakukan Melani minggu kemarin. Jangan salah, Vino dengan segala yang ia miliki sekarang justru kudet dengan tempat wisata. Salah satu alasannya adalah Brian yang super sibuk dan tak pernah mengajak jalan-jalan dirinya.
"Pino mau ke dupan mi. Kemalin Melan kesitu naik poci besal mi..."
"Itu Mas anaknya minta ke Dufan. Mau naik poci-poci..."
"Kenapa tidak time zone saja Vin? Kalo weekend gini suka susah mau naik wahana. Pasti akan ramai antriannya. Pilih yang lain saja!"
Wajah Vino yang semula sumringah kini langsung kusut. Selalu saja papinya tidak menuruti keinginannya.
"Loh, kalo rame kan jadi lebih seru mas. Lagian kalo tempat wisata sepi yaa mirip kita uji nyali bukan jalan-jalan." Ucap Windi.
"Nggak apa kalo mas nggak mau ikut, Vino biar sama aku aja perginya." Imbuh WIndi sambil membereskan peralatan bekas sarapan mereka. Windi hanya memindahkan ke wastafle saja, selebihnya ada maid yang membantu.
"Oke."
Windi dibuat menganga dengan jawaban Brian. Ia kira dengan menjawab seperti itu akan di tolak oleh Brian dan berakhir pergi bersama. Tapi nyatanya....
Semalas itukah Brian bertemu orang ramai? Atau dia malas jika pergi dengan Windi?
"Mami jangan sedih yaaa. Kita jalan beldua aja hokeh?? Nanti bial Pak Adam yang jagain tas kalo kita naik poci ya mi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]
ChickLitKisah seorang Windyta Evelyn yang harus menikah dengan seorang duda beranak satu yang merupakan Dokter Obgyn, tempat dirinya kerja. ♡♡♡ Hidup Windi menjadi tidak tenang, setelah salah satu dokter ditempat kerjanya meminta untuk menjaga anaknya selam...