****
Di ruangan serba putih, Seorang perempuan yang baru saja meregang nyawa melahirkan buah hatinya itu tersadar dari tidurnya. Diliriknya box bayi di sampingnya yang berisi putra kecil yang telah lama ia nanti bersama suaminya tengah tertidur pulas.
Perempuan bernama Jesslyn itu menanti kehadiran suaminya yang sedari tadi ia nanti. Ruangan VIP yang telah di dekorasi dalam menyambut kelahiran putranya itu hanya berisi Ibunya, dan para pelayan.
Ceklek.
Bukan, bukan sang suami yang datang. Melainkan ayahnya yang menghampiri seraya membawa sebuah berkas entah berisi apa.
"Papa? Mana Mas Brian?" Jesslyn menoleh ke belakang ayahnya. Berharap ada suami tercintanya.
Jefri menyerahkan map dan langsung Jesslyn buka untuk melihat isinya.
Tangan kirinya menutup mulut kagetnya setelah mengetahui jika surat yang ada di depannya ini adalah surat perceraian. Dan di sana terdapat tanda tangan dari sosok Brian.
"Ma-maksudnya ini apa papa?! Aku mau ketemu Mas Brian!!!" Jesslyn melempar berkas tersebut. Masih tak percaya apa yang ada di hadapannya kini.
"Bukannya sudah jelas. Brian Memutuskan untuk menceraikan kamu Jess. Dia mengambil hak asuh putra kalian."
Jesslyn menggeleng tak percaya. Suaminya tidak mungkin setega itu melepaskan keluarga kecil yang sudah didambanya sejak lama.
"Perlu kamu tahu Jess, Bahwa kami memiliki perjanjian atas pernikahan kalian. Brian yang membutuhkan anak sebagai penerus, dan J group yang membutuhkan eksistensi dari Biotech. Maafkan papa, namun ini pilihan yang Brian pilih."
"KALIAN JAHAT!!!"
****
Windi menatap sebuah pesan berasal dari Jesslyn. Perempuan yang ia ketahui adalah mantan istri dari Brian. Ada apa gerangan sang mantan istri ingin bertemu dengannya? Apakah karena berita tentang pernikahannya itu?
Pernikahan yang sudah disusun akan berjalan sebentar lagi, harus ditunda akibat masalah yang datang tiba-tiba mengusik Biotech. Membuat Brian kembali sibuk dan seperti melupakan rencana mereka.
Windi bisa apa? hanya bisa nerimo. Ya, nerimo kalau pernikahannya diundur, nerimo kalau saat ini suaminya belum jelas mencintai dirinya atau tidak.
Setelah saling berbalas pesan menentukan tempat mereka akan bertemu, Windi datang ke tempat tersebut tanpa sepengetahuan Brian. Hari ini dia akan mengetahui seberapa kalut masa lalu calon suaminya berikut perasaan lelaki tersebut.
Dengan mengenakan midi dress polos berwarna grey stone, serta sling bag mini yang berisi kartu atm gendutnya pemberian dari Brian. Windi melangkah masuk ke dalam restoran mewah dan mendapati perempuan cantik dan anggun tengah menunggunya.
"Maaf menunggu lama.."
"It's okey. Kamu mau pesan dulu?"
Windi mengangguk. Dirinya hanya memesan orange juice untuk membasahi tenggorokannya. Lagian di rumah tadi ia sudah makan.
"Ada apa mengajakku kemari?" Tanya Windi tanpa basa-basi.
Jesslyn menyerahkan dua berkas di hadapan Windi. Berkas surat gugatan cerai dengan masing-masing di tanda tangani satu belah pihak. Yang satu hanya ada tanda tangan Brian, sedangkan satunya hanya ada tanda tangan dari Jesslyn.
"Maksudnya apa ini?" Windi tak paham dengan dua surat dihadapannya sekarang.
"ini adalah dua surat yang menyebabkan kami salah paham dan akhirnya bercerai. Surat yang direkayasa oleh papaku sendiri." Tutur Jesslyn mulai menjelaskan kepada Windi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]
ChickLitKisah seorang Windyta Evelyn yang harus menikah dengan seorang duda beranak satu yang merupakan Dokter Obgyn, tempat dirinya kerja. ♡♡♡ Hidup Windi menjadi tidak tenang, setelah salah satu dokter ditempat kerjanya meminta untuk menjaga anaknya selam...