Selamat Membaca ..
***
Sepasang anak kecil berusia tiga setengah tahun tengah berjalan berdampingan. Dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain, serta seragam bimba yang masih melekat ditubuh mereka. Keduanya saling diam menyusuri jalan.
Mereka adalah Vino dan Olin.
Berulang kali Vino menoleh kearah teman perempuannya yang tampak cuek. Telinganya memerah saat kedua mata indah milik Olin berpapasan dengannya.
"Pino kenapa? kok telinganya melah??"
Tangan Olin hendak menyentuh telinga Vino, namun bocah itu dengan gesit menghindarinya. "Ja-jangan di pegang!"
"Kenapa?" Mata bulatnya menatap Vino tanpa berkedip.
"Dak apa." Vino mengusap-usap kedua telinganya. Berusaha menghilangkan rona merah.
"Pino malu ya?"
"Dak dong! Kenapa halus malu?"
"Kata mami Olin, telinga papi suka melah kalo lagi malu."
"Itu kan papi kamu, bukan aku."
"Tapi kan sama aja. Sama-sama melah telinga Pino."
"WOOYYY!!! PINPIIIINN!!!"
Suara teriakkan yang melengking membuat dua anak yang tengah beradu argumen itu terdiam.Menoleh kearah sumber suara.
Disana ada sosok anak perempuan berbadan sedikit gempal tengah mengendarai sepeda roda tiganya kearah Vink dan Olin. Dia adalah Melan, putri semata wayang dari Pak RT tempat Vino tinggal.
Masih dengan seragam sekolah yang melekat, serta kunciran rambut yang kini tinggi sebelah. Tidak membuat semangat Melan pudar. Gadis itu menggoes pedal sepedanya dengan semangat yang menggebu.
Ckiiiitttt.....
"Pinpin! Dicaliin juga, malah disini!" Protes Melan setelah berhasil menginjak rem sepedanya.
"Ngapain kamu cali-cali aku?!" Vino
Bekacak pinggang."Pinpin ngapain disini?! Kok tinggalin Melan gitu aja?!"
"Jangan ganggu aku! Hush hush sana duluuu..." Vino mendorong pelan tubuh Melan.
"Iiihh kok Pino dolong-dolong Melan sih?! Melan kan mau ikutan main juga. Pokoknya Pino dak boleh belduaan sama Olin!!" Melan menghentakkan kaki kesal.
"Suka-suka aku dong!"
"Tapi Melan dak suka! Pino udah janji sama Melan buat bantuin ambil jambunya Mang Odah. Mumpung udah pada mateng di pohon Pino!"
"Ambil sendili pake kayu!"
"Dak sampe! Melan belom setinggi mang Odah."
Bukannya meladeni ocehan Melan, Vino justru menarik lengan Olin dan pergi meninggalkan anak gadis Pak RT tersebut.
"Oyy!! Pinooo!! Tungguiiin! Etdah, maen tinggal-tinggal bae tu bocah!!" Melan berlari menyusul Vino seraya menuntun sepeda hello kitty-nya.
***
"Brian, kamu kapan mau nikahin aku?"
Brian menoleh kearah Serna, perempuan yang berasal dari lingkungan sosialita sang mama yang sangat menggilai dirinya.
Serna memilih bekerja di rumah sakit Biotech karena ingin berdekatan dengan Brian. Bahkan setiap harinya dia akan melakukan aksi untuk membuat Brian terpikat dengannya. Sering kali perempuan itu membuat pernyataan palsu di sosial medianya kalai dia tengah berkencan dengan Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]
Literatura FemininaKisah seorang Windyta Evelyn yang harus menikah dengan seorang duda beranak satu yang merupakan Dokter Obgyn, tempat dirinya kerja. ♡♡♡ Hidup Windi menjadi tidak tenang, setelah salah satu dokter ditempat kerjanya meminta untuk menjaga anaknya selam...