Efek dari berita kemarin, Brian kini bertambah sibuk di kantor. Setiap hari dia pulang kerumah lebih telat dari biasanya. Bahkan lelaki itu sering melupakan makan malamnya dan memilih untuk langsung tidur saja.
Semua itu tak luput dari perhatian Windi.
Seperti malam ini, Windi mendapati Brian yang baru saja pulang dari kantor pukul 10 malam. Bukannya langsung membersihkan diri, Brian memilih duduk di sofa yang ada di ruang televisi. Lelaki itu memijat keningnya yang terasa pusing.
Windi menghampiri dan duduk disampingnya. "Mas Brian?"
Panggilan lembut itu membuat Brian menolehkan kepala. Pria itu menatap perempuan berdaster ungu dengan lekat. Tangannya mengulur membelai pipi lembut perempuan itu. "Kenapa belum tidur, hmm??"
Windi meraih tangan itu dan menggenggamnya hangat. "Gimana bisa tidur kalo Mas Brian belum pulang. Gawat banget ya mas keadaan kantor? Sampai-sampai Mas Brian harus pulang telat gini."
"Nggak papa sayang..."
"Aku udah tau kok berita yang beredar. Seharian ini aku mencoba agar vino nggak buka gadget."
Vino meraih tubuh Windi. Memeluknya erat serta menyium aroma tubuhnya yang menenangkan.
"lepas iihh... Mas Brian kan belum mandi!" protes Windi yang dihadiahi kekehan Brian.
"Belum mandi juga tetep wangi aku mah. Emang kamu yang bau asemnya kaya Vino kalo habis main bola sama Melan... HAHAHAHA"
"Iiihh apaan sih, Ya udah awas jangan peluk-peluk kalo tau aku bau asem..." Windi berontak agar pelukan Brian lepas dari tubuhnya. Bukannya megendur, Brian malah semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan kakinya kini menjepit pinggul Windi.
"AAAAA.... Tolongin Akuu... ." Teriak Windi entah kepada siapa ia meminta tolong. Kepala pelayan kah?
"Semua orang sudah tidur Windi.. Sekarang hanya kita berdua disini."
Jujur, Windi beneran takut kalo Brian sedang mode genit kaya gini. Udah mirip om-om mesum yang haus belaian.
(Tapi kan Brian emang jarang dibelai Win?)
"Tetap seperti ini WIn... Aku sedang butuh mengisi dayaku yang sudah lemah seharian berjauhan denganmu." Imbuh Brian.
WIndi mematung. Penuturan Brian membuat dia merasakan nikmatnya saling mengisi daya. Dipikir-pikir, Windi itu lemah banget kalo denger gombalan dari Brian. Yang tadinya marah aja bisa luluh, apalagi kalau lagi anteng kaya gini?! Jantungnya udah kaya Marching Band!
"Mas Brian dulu pacarnya banyak ya?" Tanya Windi tiba-tiba. Posisinya kini tidur bersandar di dada Brian. Posisi yang nyaman hingga membuat dirinya mengantuk.
Brian memainkan rambut halus Windi yang sangat candu untuk dicium. lalu Pria itu membalas pertanyaan kekasihnya. "Kamu kata siapa?"
Windi sedikit menggeser tubuhnya ke pinggir sofa, memiringkan tubuh ke kiri dan menatap wajah tampan Brian. "Nebak aja Mas. Soalnya mulut kamu itu manis banget kalo ngomong, khas pemain masa-masa muda."
"Emang sekarang aku udah tua."
Tanpa ragu Windi mengangguk. Tangannya semakin erat memeluk Brian. Lelaki itu tentu saja senang dengan kemajuan Windi yang sekarang sudah tak malu-malu bersentuhan dengannya.
Brian mengecup kening Windi dengan lembut. Seolah takut menyakiti raganya. "Maaf ya, aku belum bisa bahagiain kamu."
Tentu saja perkataan Brian tadi tidak mendapatkan balasan, Karena sang empu sudah terlelap dipelukannya.
"I love You Win...."
###
Jesslyn melangkah anggun di sepanjang koridor rumahnya. pagi ini dia ingin memenuhi undangan ayahnya. Wajah sumringah yang ia torehkan luntur seketika mendengar penuturan sang ayah entah dengan siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]
ChickLitKisah seorang Windyta Evelyn yang harus menikah dengan seorang duda beranak satu yang merupakan Dokter Obgyn, tempat dirinya kerja. ♡♡♡ Hidup Windi menjadi tidak tenang, setelah salah satu dokter ditempat kerjanya meminta untuk menjaga anaknya selam...