21. KATANYA SIH CINTA!

15.2K 803 12
                                    

Selamat Membaca

***

Sepertinya janji Brian semalam, Kini Windi tengah menatap kotak bekal yang dibuatkan Bi Sum untuk dibawa ke tempat kerja. Ada dua kotak bekal yang Bi Sum siapkan untuk Windi.

Kotak pertama berisi Nasi merah dengan lauk Tumisan Beef teriyaki. Lalu untuk kotak ke dua berisi cemilan yaitu dim sum goreng serta beberapa potong Brownies. Ada pula potongan buah kiwi serta jeruk manis sebagai pelengkapnya.

Windi menatap tas ransel berwarna Pink dengan gantungan Mickey yang imut ada di salah satu kursi makan.

"Tas Siapa Bi?" Tanya Windi.

"Oh itu tas Ibu dari Bapak. Katanya kerja bawa tas yang ini aja, soalnya udah di siapin keperluannya sama Bapak." Tutur Bi Sum.

"Di siapin? Kapan Mas Brian nyiapin semuanya?"

"Tadi subuh-subuh Bapak udah sibuk masak buat Ibu sama Den Vino."

Windi meraih tas tersebut dan membuka untuk melihat isi di dalamnya. Di sana sudah ada satu buah mukenah traveling, Satu buah pouch yang berisi beberapa makeup. Di antaranya ada Cushion dan lipstik berwarna nude dari Brand yang di pakai Jennie Blackpink. Sungguh Windi menatap dengan kagum kemasan dari kosmetik tersebut yang cukup Indah.

Seumur-umur Windi tidak pernah bermimpi untuk memakai make up dari Brand tersebut. Dan Kini bahkan Brian mewujudkan hal tersebut.

Yang membuat Windi heran adalah, dari mana Brian tau tentang selera warna make up-nya?

Pandangan Windi beralih kearah dompet kecil minimalis berlogo D tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah kartu identitasnya serta beberapa lembar uang tunai berwarna merah. Serta tak lupa beberapa kartu yang ia yakini memiliki limit yang tidak sedikit

"Mas Brian sekarang kemana Bi? Vino juga udah nggak ada di kamar."

"Bapak udah berangkat Bu, tadi Den Vino sempet mau bangunin ibu, tapi nggak dibolehin sama Bapak, Katanya Ibu masih sakit. Jadi nanti Ibu berangkat sama Paiman ya..."

Windi mengerutkan Alisnya. Berangkat dengan supir yang di disiapkan Brian sama saja mengundang gosip di luaran sana.

Windi memang cukup memiliki banyak teman. Namun semua itu hanya sebatas rekan kerja saja. Dan Windi tahu ada beberapa yang hanya baik di depannya saja.

Jadi selama bekerja, Windi jarang berbaur dan berbicara tentang kehidupan pribadinya.

Sesampainya di depan, Windi dapat melihat Paiman yang telah siap dengan mobilnya.

"Mari bu..." Ujar Paiman seraya membuka kan pintu penumpang. Mempersilakan Windi untuk masuk.

"Pak, saya berangkat naik ojol aja pak. Soalnya saya nggak enak nanti di rumah sakit sama temen-temen yang lain." Pinta Windi.

"Aduh Ibu... Saya di ancam potong gaji kalo sampe nggak anterin ibu kerja. Punten ya bu..."

Windi menghela nafas pelan. Ini nih yang dia nggak suka dari Brian. Seenaknya sendiri, main potong gaji aja!

Mau tak mau dia masuk ke dalam mobil. Dari pada harus melihat wajah merana Paiman yang dipotong gajinya.

***

"Ciyeeee... sekarang udah punya supir nih buat nganterin kerja?"

Windi menoleh kearah Retno kaprodinya yang entah mengapa pagi-pagi sudah ada di ruangan kerjanya.

Windi menundukkan kepala menyapa Retno. Melewatinya dan duduk di meja kerjanya sendiri.

Jadi diruangan farmasi Windi ada dua buah meja yang dijadikan satu dan empat kursi. Biasanya dipakai untuk tim menulis operan saat pergantian shift, atau juga saat meracik dan istirahat.

Please LoVe Me, CITO! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang