Arka benar-benar bosan menjalani serangkaian acara malam ini, menurutnya tak ada yang menarik tanpa kehadiran Queen. Lelaki itu hanya menatap datar kerumunan orang-orang yang sedang asik menikmati acara, banyak dari mereka yang menyanyikan lagu di atas panggung, atau hanya sekadar bercengkrama dengan pasangannya. Arka benar-benar kehilangan minatnya.
Sejak tadi, Arka hanya menyibukkan dirinya dengan memainkan ponsel, ia tidak sadar sudah berada di penghujung acara, teman-temannya yang lain sudah bersiap untuk sesi berfoto.
"Woi, Ar, sini gabung. Diem aja dari tadi," teriak Rifki memecah lamunan Arka.
"Sini, Ar, foto buat kenang-kenangan," tambah Satria.
Arka berjalan menghampiri teman-temannya, ia mengambil posisi di tengah. Terdengar bunyi kamera berulang kali, sudah banyak pose yang terambil di dalam kamera. Satu gambar berhasil diambil, mereka terlihat saling merangkul satu sama lain layaknya keluarga, mereka tersenyum puas melihat hasil foto-fotonya, menatap satu sama lain, ada perasaan terharu karena tiga tahun yang sudah mereka lalui bersama harus dipisahkan oleh cita-cita masing-masing.
"Aduh, anjir, sedih gue, bangsat lo," kekeh Rifki.
"Besok udah gak sekolah lagi, gak ada yang ngajakin Elang bolos lagi," celetuk Elang.
"Besok bolos sama gue, cil," jawab Rifki.
Elang menatap Rifki dengan penuh tanda tanya. "Bolos ke mana?"
"Ke rumah Kyra," gumam Rifki hampir tak terdengar.
"Ketemu lagi kalau udah sukses," komentar Revan.
Arka mengangguk menyetujui. "Gue setuju, nanti kita ketemu lagi kalau udah sama-sama sukses, tunggu gue ya, jangan nge-duluin. Nanti gue nemuin kalian kalau cita-cita gue udah terwujud dan udah nikah sama Queen." Arka berujar diakhiri cengiran miliknya.
"Sempet-sempetnya ngebucin, najis. Eh, gue juga bakal memuin kalian kalau udah sukses sama nikahin Shafa." Satria terkekeh pelan.
"Ini juga lebih gak jelas, anjing. Menentang hukum alam, inget beda agama! Berobat lo," ejek Rifki.
Tawa dari kelimanya mengudara, setidaknya mereka masih memiliki beberapa menit untuk menikmati kebersamaan sebelum benar-benar terpisah oleh kesibukan masing-masing.
°°°
"Pah, ini masih lama?" tanya Queen hati-hati.
"Oh iya, papa hampir lupa. Maaf ya, sayang, kamu harus menunggu lama, papa gak enak kalau harus ninggalin teman papa, tapi kalau sekarang kamu mau pulang duluan boleh kok," jawab Rico.
Queen menghembuskan nafasnya pelan, ini sudah terlalu larut malam, ia sangat yakin acaranya pun pasti sudah selesai, namun setidaknya ia masih punya kesempatan untuk menemui Arka dan menjelaskan pada lelaki itu.
"Pah, yaudah Queen pamit pulang duluan ya," ucap Queen.
"Kamu pulang naik apa?" tanya Rico.
"Taksi." Queen sedikit tergesa keluar dari dalam, gadis itu mencari taksi untuk ditumpanginya, dirinya berharap semoga saja Arka masih berada di tempat acara.
Untunglah tak perlu menunggu lama, taksi melintas di hadapannya, Queen langsung memasukinya dan menyebutkan tujuannya. Gadis itu hanya menatap ke luar jendela dengan meremas jari-jari tangannya, cemas.
Benar saja, sepertinya acara sudah selesai sejak tadi, di sana sudah terlihat sepi hanya menyisakan beberapa orang saja. Queen segera membayar taksinya dan masuk ke dalam aula. Matanya mengelilingi mencari suatu objek, ia pun menemukan. Tanpa pikir panjang, Queen berlari menghampiri lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love
Teen Fiction[ BELUM REVISI ] Arazyla Queensha Pratama, panggil saja ia dengan nama Queen. Gadis yang selalu terlihat ceria, dan jangan lupakan ia mempunyai otak yang sangat pintar, namun siapa sangka ternyata menyimpan begitu banyak luka yang mengharuskan dirin...