Chap 23 -Hurt

99 12 2
                                    


Gun POV

.

From: Mark

'Tunggu aku sebentar, kita pulang bareng.'

From: Mark

'Balas pesanku, Gun!'

From: Mark

'Kamu marah sama aku?'

From: Mark

'Gun? Kamu pulang dengan, Boat?'

'Aku udah bilang tungguin aku bentar, kenapa malah pulang sama cowok lain!'

From: Mark

'Gun! Angkat telponnya!!'

From: Mark

'Gun!!'

From: Mark

'Kamu kemana semalaman?'

From: Mark

'Angkat telponya, Gun!!!'

Aku baru saja menyalakan ponselku, ada banyak pesan dan panggilan dari Mark yang tidak terangkat. Semalam karena marah dengannya kumasukkan ponselku ke dalam tas dan kutinggalkan dalam mode hening.

"Kak, gak jadi."

Kak Boat mengangkat kedua alisnya tidak mengerti, "Kamu baru aja ngecharge...ponselmu juga baru aja nyala, tuh?"

"Iya, aku tahu. Mau aku biarin mati aja ponselnya." Balasku memasukkan kembali benda itu ke dalam tas.

"Ok, kubawa chargernya kalau nanti mau kamu charge di kampus."

"Hmm."

Suara dering ponsel milik kak Boat kembali berbunyi, kami tahu siapa penelephonenya. Kak Plan, senior yang berbadan kecil itu terus menghubungi kami, hanya saja tidak ada yang mau mengangkatnya.

"Mau sarapan?" ajak kak Boat sambil mematikan ponselnya

Aku mengangguk menanggapinya dan kami keluar dari apartemennya.

.

Pagi ini sudah pukul 11 siang, kami jelas-jelas bangun kesiangan. Kepalaku terasa sakit begitu juga dengan seluruh badanku.

"Ini bubur milikmu dan yang tanpa kacang milikku."

"Aku mau yang tanpa kacang, kak?"

"Kenapa gak bilang dari tadi?" keluhnya sedikit kesal.

"Aku lupa, kepalaku pusing gara-gara kak Boat ngajarin aku mabuk semalem."

Senior yang terkenal galak itu terdiam sebentar kemudian memutar mangkuknya untukku. Aku tahu kak Boat tidak semenakutkan itu, dia hanya orang baik yang sialnya berwajah menyeramkan.

"Thanks, kak heheh."

"Iya...ini minum juga habis selesai makan." Kak Boat memberikan obat yang ia letakkan disamping mangkokku dan aku menatapnya terharu, "Aku sering meminumnya kalau habis mabuk."

"Makasihh kakk." Ucapku tersenyum lebar padanya.

"Hmm.."

Ponsel kak Boat kembali berbunyi menampilkan nama yang sedari tadi selalu menghubungi kami.

"Kurasa harus kuangkat." Gumamannya seakan bertanya padaku, dan aku hanya mengangguk kecil. Kami tahu setelah ini kak Plan akan marah karena seharusnya kami sudah di kampus membuat dekorasi untuk pameran di festival nanti.

(S)he's Mine! Really?Where stories live. Discover now