Chap 25 - Festival part 2

71 12 0
                                    


Mark POV

.

"Kalau nanti ada salah satu peserta yang selesai lebih cepet lagi, jangan dikasih spare waktu tambahan cuma buat ngepasin rundown..."

"Oke, Mark!"

"Langsung masuk keurutan selanjutnya, kontrol waktu, kita gak tau kalau nanti ada peserta yang telat lagi kayak kemarin, asalkan waktu bisa kita sesuaikan kita gak akan molor kayak kemarin!"

Beberapa panitia terdiam mendengar penjelasanku, kurasa baru kali ini aku berbicara panjang lebar.

"Aku tau kalian semua sudah lelah, acara kita sangat diminati banyak orang karena kerja keras kalian membuahkan hasil, karena itu mari kita selesaikan acara puncak hari ini dengan sebaik mungkin."

Para panitia yang sebelumnya terlihat tegang mulai bersorak saling menyemangati satu sama lain.

Acara hari ini akan ada banyak band, pameran kesenian budaya dari negara lain, serta pameran dari hasil karya para mahasiswa terpilih kami. Jujur aku sangat bersemangat untuk segera mengakhiri acara kebudayan ini, karena kegiatan ini sungguh sangat melelahkan.

Para panitia yang lain sudah mulai bersiap dengan jobdesk masing-masing dan aku mulai sibuk dengan ponselku lagi. "Nomer yang anda tuju tidak bisa terhubung, silahkan...." Tuut.

Sudah kesekian kalinya aku mencoba menghubungi Gun, panggilan dariku tetap saja tidak bisa terhubung dengannya, "Gun masih saja memblokir nomerku...."

"Brengsek! Kalau bukan karena Perth!!"

"Hei, ngapain diem dipojokan?"

Seorang pemuda dengan postur tinggi dan kulit putihnya tiba-tiba datang menghampiriku, "Oh, Boun? Enggak, cuma nelpon..." Pemuda itu tiba-tiba merangkul leherku, dengan wajahnya yang seperti preman dan tidak pernah terlihat ramah ia mulai mengumpatiku.

"Sialan, Mark!! Kan aku ketua panitianya? Kenapa malah kamu yang ngatur-ngatur!!"

"Iya, sorry." Pemuda itu masih saja mengekoriku, "Ck, kamu sengaja ngomong gitu biar kita bisa pulang cepet dan kamu gak ditinggal pulang sama pacar kamu lagi'kan?" tanganku melepas paksa tangan Boun yang sedari tadi tidak mau lepas dari bahuku.

"Kerjakan jobdeskmu!"

"Yeee!! Bilang aja mau stalking cowok lu!!" ujar Boun dan aku memberinya jari tengah sebagai balasan.

.

Tentu saja aku pergi menemui kekasihku. Dia sudah mengacuhkanku cukup lama dan aku sudah tidak sabar untuk segera memberikannya pelajaran.

Aku memasuki tempat yang sudah kesekian kalinya kuhampiri, begitu juga dengan seniorku Plan yang menghembuskan nafasnya saat melihatku memasuki ruang pameran.

"Gun, lagi?" tanyanya dengan wajah bosan.

"Kali ini dimana dia?"

"Tuh, di belakang." Aku mengikuti arah yang ditunjuknya namun aku tidak menemukan sosok yang kucari.

"Ck"

"What? He's gone again?" Plan mengalihkan pandangannya, "Aku yakin tadi dia disana?"

Aku hanya bisa menghembuskan nafasku, melihat tingkah Gun yang terus menghindariku benar-benar membuatku frustasi. 'Kurasa ini lebih melelahkan daripada mengurusi panitia-panita bodoh itu.'

"Mark, fokuslah buat acara hari ini, nanti aku bantu ngomong sama Gun."

Senior yang dua tahun lebih tua dariku itu menepuk pundakku dan pergi meninggalkanku untuk berbaur dengan anggota klubnya lagi.

(S)he's Mine! Really?Where stories live. Discover now