Happy reading
*
*
*"APA?!"
"Rion, kau jangan bercanda!"
"Aku sama sekali tidak bercanda, Chelsa. Lagi pula jika kalian tidak percaya itu tak masalah." Rion menatap santai pada tiga wanita didepannya.
"La-lalu, kau ini apa?" Chelsa mengangkat kepalanya yang sedari tadi hanya menunduk. Melihat ke arah Rion yang juga balik menatapnya.
"Kalian akan tahu dengan sendirinya."
Masih dalam posisi mereka yang terduduk, ketiganya larut dalam pikiran masing-masing.
"Berhenti berpikir! Kita harus pergi dari sini sekarang!" Rion mengedarkan matanya melihat sekeliling.
"Aku yakin, jika iblis tadi hanyalah suruhan dari tuannya."
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
Rion melihat ke arah Felicia yang sudah berdiri bersama kedua temannya. "Karena ini baru pertama kalinya ada iblis yang menyerang wilayah ini."
*
*
*"Lelaki itu bukan manusia. Dia bahkan bisa mengalahkan bawahanmu, Carlos." Helen menatap kepada bola sihir di depannya kemudian melihat ke arah Carlos yang masih diam menatap bola sihir itu.
"Dia berusaha melindungi para wanita itu." Tambah Helen.
Keadaan kembali hening, hingga tiba-tiba bola sihir itu retak dan hancur berkeping-keping. Helen yang melihatnya menatap tak percaya. Bagaimana mungkin bola sihir abadi Raja Iblis bisa pecah semudah itu?
"Carlos, sepertinya ketiga wanita itu benar adalah orangnya!" Ia menatap Carlos yang juga sempat menampilkan ekspresi terkejutnya, lalu menjadi datar kembali.
"Jika begitu .... mari, bermain." Carlos menampilkan seringainya, menatap pada pecahan bola sihir yang sudah tak terbentuk lagi.
*
*
*Chelsa maju satu langkah didepan Rion yang lebih tinggi darinya. "Tapi, mengapa dia mengincar kami? Kami tidak melakukan kesalahan apa pun."
"Aku juga tidak tahu. Intinya kita harus cepat pergi dari sini, jika ti-- CHELSA AWAS!"
Suara ledakan terdengar bersama dengan Rion yang mendorong Chelsa hingga keduanya terjatuh. Dengan posisi Chelsa berada dibawah sedangkan Rion menopang badannya dengan kedua tangan yang menumpu di kedua sisi tubuh Chelsa agar tidak menimpa wanita di bawahnya. Dilihatnya Chelsa dari jarak dekat yang sudah tak sadarkan diri.
"CHELSA, RION!"
Fey dan Felicia berlari menghampiri keduanya. Rion yang menyadari posisinya kemudian bangun membiarkan Fey dan Felicia menghampiri Chelsa yang tidak sadarkan diri.
"Ya Tuhan, apalagi ini? Chelsa, ayo bangun!"
Felicia menangis sambil memegangi salah satu tangan Chelsa. Fey yang ada di sampingnya hanya bisa mengelus punggung Felicia agar bisa lebih tenang. Fey juga merasa sedih dengan yang terjadi.
"Tenanglah, Feli. Chelsa tidak akan kenapa-napa."
"Tapi, Fey, Chelsa dia---"
"Aku yang akan yang akan mengurusnya."
Felicia menghapus air matanya, melihat kearah Rion yang tepat disamping tubuh Chelsa. "Maksudmu?"
Bukannya menjawab Rion malah melingkarkan kedua tangannya di leher dan juga di kedua kaki Chelsa. Ya, Rion menggendongnya.
Lelaki itu melihat sekilas wajah Chelsa yang berdebu akibat ledakan tadi. "Aku yang akan menggendongnya sampai kita menemukan tempat yang aman."
"Terimakasih, Rion, kau sudah banyak menolong kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasySANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...