Happy reading
*
*
*Alice menyerang dengan brutal pada lawannya. Bukan dirinya yang menyerang duluan, melainkan mereka yang mengusiknya. Manik mata ungunya menatap mayat yang berhamburan di sekelilingnya dengan tajam. Belum lama dirinya berada di hutan, namun sudah belasan nyawa sudah melayang ditangannya.
"Uhuk, uhuk!"
Sial!
Wanita itu terduduk dengan bertopang pada busurnya. Dadanya terasa nyeri akibat serangan telak bagian belakang yang ia terima sehingga menembus jantungnya.
Sebuah lemparan belati tepat melewati sisi wajah Alice yang membuat napasnya terasa tercekat sementara. Disusul oleh suara teriakan dari arah belakangnya. Alice tidak berbalik, ia malah mendongak melihat seorang wanita yang berjalan santai ke arahnya.
"Kau ... kita pernah bertemu sebelumnya."
Wanita itu mengangguk. Tangannya terulur pada Alice, membantunya berdiri. "Kau tidak boleh lengah, putri."
Alice hanya tersenyum, "terimakasih. Tapi, aku harus pergi."
"Aku juga. Sampai jumpa."
Sampai jumpa? Apa ... kita bisa bertemu lagi?
Alice hanya menatap dalam diam wanita itu. Wanita yang Alice anggap biasa ternyata bisa membunuh juga. Ibu jarinya mengelap ujung bibirnya yang berdarah. Ia tersenyum simpul menatap sekali lagi pada punggung yang hampir hilang tertelan kabut.
"Kau tidak bisa diremehkan, Fey."
Alice mengambil busurnya, lalu kembali menyusuri hutan dengan arah yang berlawanan dengan Fey. Entah dirinya harus ke mana.
Dalam perjalanannya tidak jarang Fey bertemu dengan hewan buas ataupun wanita buas lainnya. Dibandingkan dengan kedua temannya, Fey kurang bisa mengendalikan dirinya jika dilanda emosi yang melampau.
Sayembara yang tengah terjadi sudah cukup menguras amarahnya meskipun ia terlihat tenang. Ditambah lagi dengan dirinya yang terus diincar sedari ia sadar.
"BERHENTI MENGANGGUKU, JALANG MURAHAN!"
Chelsa terkejut mendengar suara teriakan yang begitu ia kenali. Ia menggeleng pelan. "Fey, entah siapa yang bernasip sial bertemu denganmu."
Ia mulai berjalan terburu-buru mencari asal suara. Chelsa yakin, dengan emosi yang Fey punya wanita itu pasti sudah banyak melukai lawannya.
*
*
*Wanita dengan kaki pincangnya berjalan tertatih dengan sesekali berpegangan pada pohon yang ia lewati.
"Sayembara sialan!"
Luka di kakinya ia dapat saat tidak sengaja jatuh di lubang sumur kering yang cukup dangkal. Butuh waktu lama untuk Felicia bisa keluar. Telapak tangannya pun sudah lecet.
"Lama tidak bertemu."
Felicia menatap tajam wanita yang kini bersandar pada sebuah pohon. Dia tidak peduli, Felicia dengan santainya menganggap suara yang menyuruhnya untuk berhenti sebagai angin lalu.
"Berani sekali kau mengabaikanku!"
Tatapan malas Felicia berikan kepada wanita yang sudah menghadangnya. "Karan Air, menyingkir dari hadapanku."
Entah kenapa Felicia malah meniru julukan yang Chelsa berikan. Karan yang tidak suka pun langsung menghempaskan Felicia dengan sihirnya. Felicia meringis merasakan sakit yang menjalar di tubuhnya. Kepalanya yang masih pusing serta kakinya yang terluka menjadi semakin terasa sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasySANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...