Happy reading
*
*
*"Menurutmu, kemana Iblis itu membawa mereka?" Evan menatap pada Rion yang ada disampingnya.
"Aku tidak tahu pasti. Tapi, entah kenapa aku merasa kita harus pergi ke arah hutan itu."
Evan hanya diam mendengar ucapan Rion. Dirinya mengerti hutan yang Rion maksudkan adalah Hutan Mati, kawasan para iblis.
"Kalau begitu sepertinya kita harus lebih cepat."
Evan kemudian melangkah cepat mendahului Rion. Langkahnya lalu terhenti disebuah pohon besar di depannya. Tanpa aba-aba Evan lalu menaiki pohon dengan batang besar itu, kemudian melompati satu pohon ke pohon yang lainnya.
Rion hanya melihat sekilas ke arah Evan. Ia Kemudian mengeluarkan kedua sayapnya. Mengepakkannya menuju Hutan Mati.
Cukup lama hingga mereka sampai di tempat tujuan. Kedua lelaki itu menatap pada hutan didepan mereka. Hutan yang belum pernah mereka sentuh kini ada didepan mereka. Bahkan kedua lelaki itu akan memijakkan kaki mereka memasuki hutan tersebut. Hanya untuk tiga manusia yang bahkan tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka.
Evan dan Rion melirik satu sama lain, kemudian mengangguk mantap. Keduanya lalu mulai melangkah memasuki hutan. Baru memasuki hutan itu saja mereka sudah disuguhkan dengan pemandangan dimana tulang-belulang berserakan dimana-mana.
Satu kata untuk hutan itu. Mengerikan!
Mereka melihat sekitar dengan waspada. Takut-takut jika ada yang menyerang mereka dari arah tersembunyi. Tentu nama Hutan Mati bukan sembarang nama yang diberikan tanpa sebab. Konon katanya, hutan itu diberi nama Hutan Mati bukan hanya karena itu kawasan para iblis, tapi juga makhluk menyeramkan lainnya seperti monster.
Bahkan hanya dengan mendengar nama hutan itu saja, sudah membuat siapapun mengerti jika hutan itu sangatlah berbahaya. Namun, tidak dapat dipungkiri, banyak yang memaksa masuk ke dalam hutan itu hanya untuk keuntungan pribadi.
Seperti membuat perjanjian dengan iblis ataupun hanya untuk membuat diri mereka menjadi kaya raya. Entah itu manusia atau bahkan makhluk-makhluk lainnnya. Mereka hanya bisa masuk, tapi untuk kembali? Tidak. Mereka tidak akan bisa kembali. Hutan itu adalah Hutan Mati, ingat!
Masuk berarti untuk mati!
"Evan, di belakangmu!"
Rion menggunakan api miliknya untuk menyerang monster tersebut. Sedangkan Evan menghela napasnya. Sudah ia duga hal itu akan terjadi.
Melihat mangsa, predator mana yang akan tinggal diam?
"Terimakasih."
Rion hanya mengangguk. "Tetap waspada. Setelah ini aku yakin yang lainnya juga akan ikut menyerang."
Baru saja Rion selesai berucap, para monster pemangsa tiba-tiba keluar dengan cepat dari persembunyian mereka, dan menuju pada Evan dan Rion. Sedangkan keduanya yang melihat itu lalu mengambil ancang-ancang untuk menyerang.
"Baiklah. Kurasa ini tidak akan terasa sulit."
Evan mengeluarkan pedangnya begitu pun dengan Rion. Keduanya lalu menyeringai satu sama lain. Menghadapi para monster itu adalah hal yang mudah untuk keduanya.
"Kita harus cepat!"
Rion lalu mengalirkan sedikit energi nya pada pedang di tangannya. Sehingga hanya dengan sekali tebas, banyak monster mati dengan tubuh mengenaskan.
Evan pun melakukan hal yang sama pula. Mengalirkan sedikit energi pada pedangnya lalu menyerang para monster itu.
Jumlah para monster itu semakin menipis. Evan dan Rion memang bukan lawan yang tepat untuk mereka. Meskipun begitu, tidak ada niat mereka para monster untuk mundur sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasiaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...