Part 58

166 15 4
                                    

Happy reading

*
*
*

Mengandung bayi yang hanya memiliki darah demon tentunya bukan hal yang mudah. Berbeda dengan manusia pada umumnya yang akan mengandung selama 9 bulan, maka demon akan menghabiskan waktu jauh lebih singkat.

Sama seperti yang Felicia alami. Perutnya sudah membuncit dengan cepat, bahkan kini ia akan segera melahirkan bayinya. Awalnya ia merasakan sakit, hingga akhirnya tabib yang memeriksanya mengatakan jika wanita itu akan melahirkan. Jadilah pada dini hari Felicia mulai berusaha melahirkan bayinya.

Seluruh istana benar-benar heboh saat mengetahui penerus Kerajaan Alton akan segera lahir. Terutama bagi Linda yang merupakan pelayan pribadi sang Ratu. Linda juga ikut turun tangan dalam membantu tabib. Dirinya bahkan tidak menyembunyikan tangisannya membayangkan Felicia harus mengalami sakitnya melahirkan untuk pertama kali. Apalagi bayi itu bukanlah bayi biasa. Pasti akan terasa berkali lipat lebih sakit daripada melahirkan bayi manusia.

Bulir bening terus membasahi wajah pucatnya. Entah itu keringat ataupun air mata, Felicia sudah tidak memperdulikan. Rasa sakit yang menyelimuti seolah-olah nyawanya akan diambil dengan perlahan.

"Kepalanya sudah terlihat!"

Felicia yang hampir kehilangan kesadarannya pun menjadi bangkit kembali. Sebentar lagi, hanya sebentar lagi baginya untuk bertemu sang buah hati. Maka dari itu Felicia harus terus berusaha.

Genggaman Edgar terasa erat dibandingkan genggam Felicia yang terasa lemah. Sebagai suaminya, Edgar tetap berusaha membantu dengan menyalurkan energinya. Namun, rasanya itu tidaklah cukup. Ia benar-benar takut jika Felicia tidak mampu bertahan.

"Ayo, Ratu, Anda pasti bisa!"

Wanita itu berusaha mendorong, hingga di ujung teriakan kesakitan akhirnya suara tangisan bayi menggema bersamaan dengan matahari yang telah bertahta. Cahaya matahari jatuh tepat di bayi yang tengah menangis tersebut.

"Selamat, Ratu, bayi Anda laki-laki."

Edgar mencium kening istrinya, tak terasa setetes air matanya jatuh. Ia bersyukur pikiran buruknya tidak terjadi.

"Terimakasih telah bertahan," gumamnya.

Felicia hanya diam dengan memejamkan matanya. Ia juga ikut menangis di tengah-tengah rasa lelah nan sakitnya. Felicia juga tidak menyangka jika dirinya dapat bertahan, dan itu juga berkat bantuan suaminya. Jika saja Edgar tidak ikut membantu, maka mungkin Felicia hanya tinggal nama.

Mereka yang ada di sana juga ikut terenyuh melihat momen langka sekaligus berharga tersebut. Tidak pernah sebelumnya bagi mereka melihat sisi lain dari Edgar. Mereka sangat tahu jika kehadiran Felicia telah merubah segalanya. Wanita itu mengambil peran penting dalam perubahan Edgar.

"Yang Mulia." Tabib menyerahkan bayi yang telah dibersihkan yang kemudian diterima baik oleh Edgar.

Rasanya begitu kaku untuk dirinya yang baru pertama kali menggendong bayi. Tak terasa Edgar tersenyum melihat wajah mungil sang bayi. Perasaan yang dirinya alami sangat sulit jika diutarakan dengan kata-kata. Edgar hanya tidak tahu jika itu adalah perasaan luar biasa yang dirasakan saat pertama kali menjadi orang tua. Cukup lama mengamati wajah bayinya, Edgar pun mendekatkan dirinya dengan Felicia. Wanita itu harus melihat wajah tampan putra mereka.

"Lihatlah."

Felicia tersenyum lembut. Ia kemudian mengambil alih bayinya. Ciuman hangat Felicia berikan untuk bayi itu. Matanya berkaca-kaca kala melihat malaikat kecil yang telah ia lahirkan dengan bertaruh nyawa.

"Akhirnya kita bisa bertemu."

Seolah ikut merasa senang, bayi itu tersenyum untuk merespon ucapan Ibunya. Felicia yang melihatnya untuk pertama kali tentunya merasa sangat bahagia. Felicia akui jika dirinya sudah jatuh cinta dengan bayinya.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang