Happy reading
*
*
*"Kalian menutupi aura mereka, bukan?"
"Tidak akan baik jika mereka tahu." Lelaki bertopeng itu berkata dengan melipat kedua tangannya.
Arden mengiyakan perkataan Evan. Memang benar itu tidak akan baik. Keadaan kembali menjadi hening karena Arden yang masih fokus pada ketiga wanita itu, dan Evan juga Rion yang diam memperhatikan.
"Kita harus bicara."
mendengar ucapan Rion membuat Arden menghentikan kegiatannya, lalu berbalik menghadap pada kedua lelaki dibelakangnya.
"Jangan disini." Lelaki itu kemudian keluar dari ruangan itu yang diikuti oleh keduanya menuju luar ruangan.
"Baiklah, silahkan." Arden mempersilahkan.
"Siapa kau sebenarnya?"
Arden tersenyum mendengar pertanyaan yang diberikan Rion padanya. Sudah ia duga jika Rion akan bertanya hal seperti itu padanya.
"Aku yakin kau tidaklah bodoh sehingga tidak tahu siapa diriku ini, Rion. Oh, atau haruskah ku panggil kau, Tuan Phoenix?" Mendengar perkataan Arden membuat sebuah senyuman penuh arti terbit pada wajah lelaki itu.
"Spirit Naga legendaris?"
Bukan Rion, melainkan Evan yang berbicara. Dia sendiri bisa merasakan energi maupun aura yang kuat yang ada pada diri Arden sejak pertama kali bertemu. Evan tahu jika Rion juga mengetahuinya.
"Werewolf tidaklah buruk dalam menebak."
Bukan hanya kedua lelaki itu saja, Tapi Arden juga bisa merasakan energi yang sama-sama kuat dari keduanya.
Sebagai spirit yang melegenda, sangat mudah bagi mereka untuk menebak energi ataupun aura siapapun itu. Tapi, jika para spirit tidak dapat merasakan aura makhluk lain maka makhluk itu memiliki kekuatan yang kuat atau aura mahkluk itu sangaja ditutup oleh makhluk lainnya yang lebih kuat.
Namun, para spirit masih bisa merasakan energi atau aura yang sangaja ditutup asal kemampuan sang penutup lebih rendah dari mereka para spirit.
"Tapi, apakah kita sebelumnya pernah bertemu? Jujur aku merasa tidak asing dengan nama mu itu."
Baiklah, Arden sekarang mengerti kenapa lelaki itu pada waktu lalu memandangnya dengan penuh tanya.
"Bertemu? Entahlah, tapi kurasa tidak."
Mendengar jawaban Arden membuat Rion merasakan keraguan. Tapi, sudahlah dia tidak ingin memikirkannya.
"Mungkin kau benar,"
Mungkin.
*
*
*Fey perlahan membuka matanya. Mata indah itu mengerjab beberapa kali menyesuaikan pencahayaan pada ruangan tersebut.
"Dasar lemah. Hanya seperti itu kau malah pingsan."
Wanita itu menghela napasnya, lalu perlahan merubah posisinya menjadi duduk pada tempat tidur kecil itu. Posisinya duduk tepat menghadap pada dua wanita lainnya yang masih dengan mata terpejam mereka.
"Mereka belum sadar rupanya."
Fey berdecak sebelum sesaat wanita itu malah terkekeh mengingat dirinya dan kedua temannya pingsan pada saat yang bersamaan. Dirinya bisa melihat bagaimana lelahnya kedua wanita itu, lalu ambruk dengan dirinya pada saat yang sama.
Dan jangan lupakan kata-kata Felicia sebelum mereka pingsan.
Fey kemudian berdiri dari duduknya, lalu melangkah menuju sela tempat tidur Chelsa dan Felicia, sehingga posisinya sekarang berada di tengah kedua wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasíaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...