Happy reading
*
*
*"Aku sudah mencium berbagai aroma sihir di toko kue itu. Dan ada satu aroma yang berbeda dari yang lainnya."
"Maksudmu?" Tanya Rion.
"Satu diantara mereka telah menggunakan sihir berbahaya." Ujar Evan kembali.
Mendengar itu Arden menyeringai. "Sepertinya aku tahu siapa dia. Ikuti aku."
Arden melesat begitu saja diikuti oleh Rion dan Evan.
Sementara wanita yang baru sampai di tempat itu berdecak kesal karena sudah tidak mendapati siapapun."Sial! Mereka terlalu cepat untuk ukuran ku." Wanita itu membuang nafas kasar.
"Tapi, kemana mereka pergi? Aku seperti orang bodoh sekarang." Ia terdiam mencoba memikirkan cara agar bisa menemui lelaki-lelaki tersebut.
"Apa aku bertanya pada penduduk desa ini saja? Baiklah, kurasa tidak ada salahnya."
Wanita itu berpikir jika tujuan para lelaki itu sesuai dengan pikirannya maka mereka akan bertemu di tempat itu.
Dirinya bertanya pada beberapa penduduk yang ia lewati. Beberapa diantara mereka dengan senang hati membantunya. Tapi, ada juga beberapa yang seperti enggan. Contoh seperti para wanita yang dia tanyakan saat lalu. Bukannya menjawab mereka malah melihatnya bagai seorang pengemis.
Ia hanya menghela napasnya sabar. Jika bukan karena terburu-buru, sudah ia pastikan jika mata yang memandangnya rendah akan merasakan sakit. Untuk saat ini wanita tersebut dalam kondisi yang tidak stabil. Daripada membuat keributan ia lebih baik pergi.
Untungnya ada yang berbaik hati membantu. Bahkan memberikan tumpangan kereta untuknya.
"Setidaknya masih ada kebaikan yang terjadi."
Wanita itu tersenyum dibalik tudungnya. Ia sekarang tengah dalam perjalanan menuju tempat tujuannya.
Semoga saja ia tidak terlambat. Karena tangannya sudah terlalu lama beristirahat."Arden!"
Karan kegirangan melihat sosok Arden didepannya. Jangan lupakan Rion dan Evan yang berada disana. Sungguh keberuntungan apa itu sehingga tiga lelaki tampan datang berkunjung pada kediamannya.
Karan tidak melunturkan senyum pada bibir merah cerahnya. "Arden, ada apa kau datang kemari?"
Perkataan wanita itu benar-benar membuat Arden geli. Pasalnya ia sengaja merubah nada suara menjadi sangat manja. Rion dan Evan sendiri jijik melihatnya.
"Kenapa kau berusaha meracuni Felicia?"
Karan merubah ekspresi wajahnya seketika. Pertanyaan yang dibalas pertanyaan oleh Arden benar-benar membuatnya menjadi kaku.
Lelaki itu tidak suka basa-basi. Arden mengambil kesimpulan jika Karan yang melakukannya karena Felicia sempat berkata jika dia juga melihat Karan berada di toko kue itu.
"Me-meracuni? Apa yang kau bicarakan? A-aku bahkan ti--"
"Tidak perlu susah payah berbohong." Bukan Arden melainkan Rion.
Karan berusaha untuk tenang. Tapi, kenapa terasa begitu sulit? Tatapan tiga pasang mata menatap lurus ke arahnya.
"Mengakulah!" Gertakan dari Arden membuat jantung Karan serasa ingin lepas dari tempatnya.
"Arden, ka-kau marah padaku hanya karena wanita itu?" Mata wanita itu menatap tidak percaya pada lelaki didepannya. Sedangkan Arden tidak peduli sama sekali.
"Sudah cukup sandiwara mu itu. Sekarang cepat, katakan yang sebenarnya!"
"Iya! Aku yang melakukannya! Aku yang telah meracuni makanan wanita sialan itu! Kau puas? kalian semua puas?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasiaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...