Happy reading
*
*
*"Tenanglah, Chel. Aku yakin Fey bisa melalui semuanya."
Chelsa menepis tangan Arden yang memegang pundaknya. "Aku tidak bisa! Waktunya hampir habis, dan mereka belum juga kembali! Bagaimana jika---"
"Apa yang akan kau katakan Chelsa?! Apa kau tidak yakin jika Fey bisa hidup lagi?!"
Chelsa terlonjak mendengar bentakan Felicia. Ia kemudian menunduk lesu. "Maaf, Feli."
Felicia memegang pelipisnya. Sementara Evan disampingnya tak henti untuk menenangkan dirinya.
Sudah hampir tengah malam dan keempatnya berada di tengah perjalanan menuju istana setelah mendapat panggilan dari Maha Agung.
Chelsa dan Felicia yang pada saat itu baru bangun dari pingsannya malah mendapat kabar duka yang membuat keduanya meraung-raung. Beruntungnya keduanya berhasil mereda ketika mengetahui ada kemungkinan untuk Fey bisa hidup kembali. Evan dan Arden pun selalu ada untuk mereka.
"Sudahlah. Kita hanya bisa berharap yang terbaik." Evan memberi pengertian.
*
*
*Tubuh wanita dalam gendongannya terasa semakin dingin dan kaku. Diego rasanya ingin menghempaskan tubuh itu dan kembali ke istananya. Namun, Diego juga merasa bosan jika hanya berurusan dengan kertas kerjanya.
Dia cukup merasa tertantang dengan halangan rintangan yang akan ia hadapi kedepannya bersama wanita dalam gendongannya tersebut.
Sejauh ini Diego sudah berhadapan dengan tujuh pemeran penghalang dalam perjalanannya. Dan pada yang ke-tujuh tersebut yaitu ular raksasa berkepala dua yang mampu membelah diri menjadi tak terhitung jumlahnya.
Harusnya cukup mudah. Namun, karena dia harus melindungi tubuh Fey, jadinya fokusnya sedikit goyah dan tanpa sadar membuat salah satu ular berhasil menyeret dan menggigit lengannya. Anehnya, setelah itu para ular tersebut lenyap seketika.
Lengannya yang membiru tidak Diego pedulikan, walaupun kadang kala ia meringis karena lukanya yang tanpa sengaja terkena ranting pepohonan yang cukup rendah.
"Air terjun?"
Kerutan memenuhi keningnya. Didepannya sekarang hanya ada air terjun. Pikir Diego, dimana telaga itu?
"Pasti ada sesuatu didalamnya." Saat Diego mendekat, tiba-tiba air yang mengalir tersebut terbelah dan membentuk menjadi setengah lingkaran besar.
"Kau Demon, masuklah."
Suara tanpa memiliki wujud tersebut membuat Diego melihat sekeliling. Dan nyatanya ia tidak mendapat apa-apa.
Sepertinya ini pintu masuknya.
Mendengar dari suara tersebut yang menyebutkan kata demon membuat Diego yakin jika itu adalah pintu masuk menuju Telaga Kehidupan yang ia cari.
Bersamaan dengan masuknya Diego air tersebut kembali seperti semula layaknya air terjun biasa. Pemandangan yang tersedia ialah banyaknya tulang-tulang yang berserakan. Seperti hutan yang dikelilingi oleh kabut, tetapi terdapat sebuah kumpulan air dibalik pepohonan.
"Terlalu besar untuk ukuran telaga."
Diego berjalan perlahan. Untuk saat ini, dirinya tidak dapat merasakan ancaman apa pun dari tempat itu. Namun, tempat seperti itu tentunya memiliki sosok penjaga.
Tiba-tiba Diego terhempas saat sebuah pukulan mendarat pada lengannya yang terluka. Lelaki itu meringis merasa nyeri pada lukanya semula. Tubuh Fey pun terlepas dari gendongan dan terhempas pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasíaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...