Part 21

163 29 0
                                    

Happy reading

*
*
*

"Menyingkirlah! Aku ingin duduk disini!"  Mereka berbalik melihat ke arah suara itu.

"Bukankah itu Karan Air?" Chelsa menajamkan penglihatannya. Melihat dengan teliti wanita dengan gaun beratnya itu. "Benar, itu Karan Air!"

"Berhentilah terus-menerus mengatakan Karan Air, Chel. Lihat, Elly sama sekali tidak mengerti dengan ucapan mu." Felicia memperingati Chelsa. Karena memang benar anak itu terlihat tidak mengerti.

"Baiklah, baiklah."

"Apa dia memang seperti itu?" Tanya Felicia sambil memperhatikan Karan yang tersenyum puas karena ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Dia memang seperti itu,"

Felicia berbalik melihat pelayanan yang sedang membawa beberapa gelas minuman dengan nampan berukuran sedang.

Pelayan itu tersenyum lalu meletakkan pesanan mereka. "Ini pesanannya, Nona."

"Lalu, kenapa tidak ada yang menegurnya?" Tanya Fey dengan masih fokus membersihkan sisa coklat pada sudut bibir Elly.

Pelayan itu menggeleng, "statusnya yang merupakan Nona Keluarga Anders membuat siapapun enggan untuk melawannya."

Fey tersenyum tipis mendengar jawaban itu, dia tidak habis pikir. Bagaimana bisa hanya karena status jadi tidak ada yang berani untuk melawan?

Merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas. Pelayan tersebut kemudian mengundurkan diri.

"Kalau begitu saya permisi."

"Tidak ada bedanya dengan dunia kita. Ternyata di dunia ini juga masih mementingkan status." Felicia berkata dengan sedikit meminum minumannya.

"Enak juga. Tidak salah kau memesannya, Chel."

Chelsa tersenyum bangga pada dirinya sendiri. "Tentu saja!"

"Kalian juga harus mencobanya." Fey dan Elly menurut. Mereka juga penasaran dengan rasanya.

"Bagaimana? Enak, bukan?"

Elly mengangguk puas. "Benar. Ini enak!"

Sedangkan Fey tersenyum simpul kearahnya kemudian kembali meminum minuman tersebut. Keempatnya kembali melanjutkan kegiatan mereka. Tanpa sadar jika wanita yang mereka perhatikan beberapa saat lalu kini berbalik menatap ke arah mereka.

Tatapannya menjadi tajam kala melihat ke arah salah satu diantara mereka. Lebih tepatnya ke arah Felicia yang asik dengan minumannya.Karan tersenyum saat ide gila muncul di benaknya.

"Aku akan membalas mu wanita sialan!"

Wanita itu dengan diam-diam memberi racun pada kue Felicia dengan sihirnya. "Makanlah, maka kau akan merasakannya." Dia kembali tersenyum.

"Kue ku sudah habis." Chelsa menatap sedih pada sisa-sisa krim coklat pada piringnya.

"Deritamu." Felicia tidak peduli. Ia lebih memilih melanjutkan memakan kue nya setelah meneguk minumannya.

Chelsa yang melihat itu tersenyum jahil. Dia dengan buru-buru melahap kue yang berada pada sendok Felicia.

"Hmm ... enak."

"Chelsa! Itu kue ku!" Chelsa tidak memperdulikan ocehan Felicia.

Karan yang melihat itu awalnya terkejut. Tapi, setelah ia pikir-pikir, tidak buruk juga. "Tidak masalah, bukankah sama saja?"

Chelsa setelah menelan kue itu, merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia lalu meminum minumannya untuk menghilangkan rasa aneh tersebut. Tapi, sama sekali tidak berpengaruh apa-apa.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang