Part 60

120 13 2
                                    

Happy reading

*
*
*

Chelsa menarik napas di sela rasa sesak yang kembali menyelimuti. Mendengar cerita Aslan malah membuatnya semakin sakit.

"Kau masih mencintainya," lirih Chelsa.

Aslan menggeleng, ia menggenggam tangan dingin itu. "Aku sudah menghanguskan semuanya, tidak ada lagi bunga ataupun dia. Hanya ada kita."

Manik matanya yang berkaca-kaca mencoba mencari kebohongan dari manik mata Aslan, namun Chelsa sama sekali tidak menemukannya. Jika bisa berbohong sekali, maka untuk kedua kalinya itu tidak akan sulit.

Cengkraman Chelsea terasa semakin kuat pada baju Aslan. Tangannya terus bergetar mengikuti nafsunya yang susah ia tahan. Sementara Aslan tetap diam menerimanya.

"Kau ... kenapa bisa? Kenapa seperti ini?" Bibir pucat itu bergetar. Matanya terpejam merasakan sakit yang semakin menguasai.

Aslan terbelalak melihat darah yang mengucur deras membasahi lantai. Dengan cepat ia membaringkan tubuh lemah istrinya. Wanita itu akan segera melahirkan.

"PANGGILKAN TABIB! CEPAT!"

Teriakan menggema itu membuat yang berjaga di luar seketika terkejut. Mereka dengan segera berlalu memenuhi perintah.

Tangan Aslan yang berlumuran darah pun menggenggam tangan Chelsa. "Tenanglah, aku ada di sampingmu. Chelsa, aku tidak akan meninggalkanmu."

"Sakit ..., ini sakit sekali."

Proses persalinan Chelsa berlangsung menegangkan. Tabib sendiri cukup kesusahan karena keadaan Chelsa yang sedang tidak stabil meskipun Aslan berkali-kali membantu. Chelsa bahkan beberapa kali hampir kehilangan kesadarannya. Tubuhnya itu seperti tidak ada tenaga sama sekali.

"Sekali lagi! Satu dorongan lagi, Ratu!"

Suara kesakitan memilukan terdengar. Chelsa mengatur napasnya yang memburu. Bebannya serasa hilang saat mendengar suara tangisan yang ia tunggu-tunggu.

"Bayi ini secantik rembulan, Yang Mulia."

Aslan tidak menyembunyikannya rasa harunya. Ia memeluk Chelsa erat, bibir terus bergumam kata maaf dan terimakasih berulang-ulang.

"Ya Tuhan, Ratu pingsan!"

Sora sampai terkejut mendengar teriakan salah satu pelayan. "Ratu ...." Air mata kembali tak tertahan.

Aslan melerai pelukannya. Rasa khawatir memenuhi kala melihat Chelsa terkulai lemah dengan darah yang terus mengalir dari hidung itu.

"Chelsa, hei, bangunlah. Chelsa ..., ayolah, aku mohon jangan seperti ini." Tangannya kembali basah oleh darah ketika terus mengelap darah Chelsa.

Tabib kembali mendekat setelah menyerahkan bayi itu kepada Aslan. Keadaan Chelsa harus ditangani lebih serius akibat pendarahannya yang belum juga berhenti. Jika tidak cepat, maka bukan kemungkinan kecil untuk Chelsa berhenti bernapas.

Aslan memandangi wajah kecil itu. "Maafkan Ayah."

Ia mengecup kening bayinya yang terus menangis. Sepertinya merasakan kepedihan sekitarnya. Tangisan itu mulai mereda ketika merasakan usapan lembut.

Melihat kacaunya Yang Mulia Raja membuat mereka prihatin. Chelsa, wanita itu, ia bisa membuat Aslan sekacau ini.

*
*
*

Tangisan menggema membuat mata sembab itu mengerjab pelan. Rasanya sangat berat untuk membuka matanya. Tangisan itu seolah memanggilnya, Chelsa merasakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang