Happy Reading
*
*
*"Berita apa yang kau bawa?" Azura menunduk takut pada tuannya didepan sana.
"Ampun, Yang Mulia. Hamba juga tidak bisa mengetahui energi apa yang ada di hutan itu." Azura bersusah payah menelan ludahnya sendiri ketika Carlos mengeluarkan aura dingin yang juga menyesakkan.
"Ta-tapi, Yang Mulia, hamba mendengar kabar bahwa ada tiga orang wanita yang datang berkunjung di desa samping hutan itu." Azura menghela nafas lega kala Carlos melepas aura dinginnya.
"Begitu rupanya. Segera bawa mereka ke hadapanku!"
"Baik, Yang Mulia." Azura menghilang menyisakan Carlos dengan senyum miringnya.
"Tidak akan kubiarkan ramalan itu terjadi!"
*
*
*"Rion, ada apa kau datang sepagi ini?"
"Kau tidak akan menyuruhku masuk terlebih dulu?"
"Ah, maaf. Masuklah."
Rion melangkah masuk sambil menenteng sesuatu di tangannya. "Ini. Ibu menyuruhku untuk memberikan ini pada kalian." Rion memberikan kotak berukuran sedang kepada Fey.
"Wah, kue kering. Terimakasih, Rion." Chelsa kegirangan ketika Fey membuka kotak itu. Menampilkan kue kering dengan aromanya yang harum.
"Sama-sama. Kalau begitu aku pergi dulu."
"Kenapa cepat sekali? Duduklah dulu, akan kubuatkan kau teh hangat." Fey menahan Rion. Tapi, ada satu hal yang tidak dia sadari.
"Fey, tanganmu." Fey melirik tangannya setelah mendengar bisikan Felicia di belakangnya.
"Eh, ma-maaf, aku tidak sengaja." Wanita itu dengan cepat melepaskan tangannya yang memegang tangan Rion.
"Tak apa, tapi sebagai gantinya buatan aku teh."
Wanita itu terlihat berdehem sesaat. "Baiklah. Kalau begitu aku ke dapur dulu."
Fey melangkah cepat meninggalkan ruang tamu menuju ke dapur. Meninggalkan dua temannya yang berusaha menahan tawa atas kekonyolan yang Fey lakukan. Sedangkan Rion? Dia hanya diam memperhatikan kedua wanita di depannya itu.
"kenapa?"
"Tidak kenapa-napa."
Sementara Fey yang berada di dapur menahan malu atas apa yang terjadi barusan. Mencoba bersikap santai, ia mulai membuat teh untuk tamunya.
"Aw, panas! Panas!" Karena tidak hati-hati Fey malah membuat air panas jatuh ke kaki kanannya.
"Arrgh ... Fey, kau bodoh sekali!" Ia merutuki kebodohannya sendiri.
Rion dan kedua temannya yang mendengar suara kesakitan kemudian berlari ke arah dapur. Bisa mereka lihat Fey yang terduduk di lantai sambil meniup-niup kakinya yang memerah.
"Fey, astaga kakimu!" Chelsa mendekati Fey yang disusul oleh Felicia. Keduanya menatap khawatir pada wanita tersebut.
Chelsa panik melihat ke arah Rion yang diam di belakangnya. "Apa disini tidak ada obat atau semacamnya?"
"Kurasa tidak,"
"apa? Penginapan macam apa ini? Obat saja tidak punya,"
"Wajar saja. Penginapan ini sudah lama kosong, jadi itu alasannya tidak ada obat apa pun disini."
"Tapi, kan---"
"Sudahlah kalian. Benar yang Rion katakan. Aku juga tidak apa-apa." Fey meyakinkan keduanya agar mereka tidak perlu khawatir padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasíaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...