Part 27

172 29 0
                                    

Happy reading

*
*
*

"Jadi, apa yang kalian lakukan padanya?"

"Hanya memotong tangannya."

Edgar terlihat begitu santai ketika menjawab pertanyaan dari Ibunya. Sedangkan Ratu Stella hanya mendengus mendengar jawaban dari putra pertamanya itu. Berbeda jauh dengan Raja Astor yang menampilkan senyum tipisnya. Biarlah hanya istrinya yang berbicara.

"Apa kau melakukannya sendiri?"

Edgar menggeleng, "Austin yang melakukannya, aku tidak sudi."

Ratu Stella menggeleng dengan jawaban Edgar kepadanya. Sudah ia duga jika putranya itu tidak akan sudi mengotori tangannya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna baginya.

"Lalu, tentang para wanita itu?" Pertanyaan Ratu Stella kali ini terlihat lebih serius dari sebelumnya.

"Entahlah, kami juga tidak tahu." Aslan mengangkat bahunya acuh.

"Entahlah? Aslan, apa kau sadar dengan ucapanmu itu?"

"Ayolah, Ibunda, aku dan yang lainnya hanya membantu. Apa salah?"

Ratu Stella menggeleng. Tentu saja untuk membantu itu bukanlah hal yang salah. "Untuk apa kalian membawa wanita-wanita itu ke kamar kalian? Kalian tahu sendiri jika yang dapat meniduri kamar kalian itu hanyalah calon dari para Ratu kalian kelak!"

Ketiganya hanya diam. Mereka juga tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan diri mereka itu. Tapi, bukankah itu hal yang tidak penting? Ketiganya juga tidak terlalu menganggap penting hal seperti itu.

Melihat keterdiaman putra-putra nya membuat Ratu Stella menghela napasnya. "Bagaimana jika mereka tahu? Apa yang harus Ibunda katakan kepada mereka?"

"Katakan saja jika kami hanya membantu." Diego sangat malas jika arah bicara Ibunya telah menyentuh hal lainnya.

"Diego, yang benar saja!"

"Benar yang Diego katakan, Ibunda. Kalau begitu kami permisi." Aslan membungkukkan badannya.

"Aku juga," Edgar mengikuti pergerakan Aslan disampingnya. Diego pun sama.

"Hei! Kalian tidak bisa seperti ini. Mereka itu cal--"

Ketiganya menghilang begitu saja tanpa menunggu ucapan dari sang Ratu selesai terucap.

Raja Astor terkekeh melihat kejadian itu. Ratu Stella melirik tajam pada suaminya. "Raja, kenapa kau tidak menghentikan mereka?"

"Kau tahu sendiri bagaimana sifat mereka."

"Ya, kau benar. Keras kepala seperti Ayahnya."

"Tentu saja, mereka putra-putra ku." Raja Astor tersenyum bangga pada dirinya sendiri, sedangkan Ratu Stella memijat pelipisnya.

"Ayah dan anak sama saja."

*
*
*

Chelsa menyesuaikan pencahayaan yang memasuki Indra penglihatannya. Untuk beberapa saat wanita itu mengumpulkan kesadarannya kembali. Dia melihat sekeliling yang begitu mewah namun terasa sangat asing baginya.

"Kamar siapa ini?" Chelsa yang masih dalam keadaan terlentang kemudian membulatkan matanya kala mengingat sesuatu.

"FEY, FELICIA!"

Chelsa yang khawatir buru-buru bangun dari tidurnya, berlari menuju ke arah pintu besar kamar itu kemudian membukanya dengan kasar. Penjaga yang berada diluar tentu saja terkejut dengan hal tersebut. Begitupun dengan Chelsa. Wanita itu belum sadar jika dirinya berada di sebuah istana.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang