Happy reading
*
*
*Kemunculan tiba-tiba Diego membuat isi istana terkejut, senang, dan juga cemas. Tidak biasanya Diego kembali dari medan pertempuran dengan menggunakan portal. Bahkan para pelayan belum menyiapkan penyambutan untuk Raja mereka.
Diego melangkah cepat, ia harus menemui petinggi istana.
"Raja, wabah ini sudah terjadi selama dua puluh lima hari. Namun, hari ini kami mendapat kabar jika wabah sudah mulai mereda."
"Benar, Yang Mulia. Selama Anda pergi pun Ratu melakukan tugasnya dengan baik. Selama wabah ini terjadi, Ratu lebih sering menghabisi waktunya di luar istana untuk melihat langsung keadaan para penduduk."
Dengan penjelasan itulah Diego kini mengendarainya kudanya, ia harus melihat sendiri keadaan rakyatnya. Dan ... Ratunya.
"Ratu, minumlah ramuan ini."
"Wajah Anda sangat pucat, Ratu. Ayo, makanlah sesuatu."
"Sebaiknya Anda kembali ke istana. Anda juga perlu istirahat, Ratu."
Fey pusing karena pelayan pribadinya itu terus saja mengkhawatirkan kesehatannya. Fey tahu jika maksud Jane baik, tapi jika wanita itu terus mengoceh, maka yang ada Fey yang semakin pusing mendengarnya.
"Jane, hentikan. Keadaan ku hanya akan semakin memburuk jika terus mendengar ocehan mu. Jika kau ingin membuatku merasa lebih baik, maka sebaiknya ambilkan aku air minum saja."
Jane mengangguk antusias, "baik, Ratu. Apa perlu makanan juga?"
Fey menggeleng, pandangannya masih fokus pada kegiatan memberi obat pada salah satu anak kecil yang ikut menjadi korban. Syukurlah keadaannya mulai membaik.
"Aku akan makan nanti."
Nanti, nanti, nanti. Hanya itu yang terus Anda katakan. Tetapi, kapan, Ratu?
Jane melangkah dengan lesu keluar dari tenda. Fey terlalu mementingkan rakyatnya dan mengesampingkan kesehatannya sendiri. Jane hanya takut jika wanita itu akan kenapa-napa.
"Di mana Ratu?"
Pelayan itu memekik tertahan. Awalnya ingin protes karena tiba-tiba mengagetkannya, namun saat melihat siapa yang bertanya membuat Jane langsung hilang keberanian.
Jane menunduk, dalam hatinya bertanya-tanya bagaimana Diego bisa ada di tempat itu.
"Ra-Ratu ada di dalam tenda, Raja."
"Lalu, bagaimana dengan kondisi sekarang?"
"Sudah membaik. Tidak ada korban lagi semenjak semalam. Para penduduk pun mulai berangsur pulih."
Lelaki itu mengangguk, kekhawatirannya cukup menghilang. Saat Diego akan melangkah, Jane kembali membuka suaranya. Meskipun dengan suara terbata-bata karena saking gugupnya.
"Ma-maaf, Raja. Bukan maksud saya lancang untuk menghentikan langkah Anda, tetapi ... tetapi, sa-saya mohon kepada Anda untuk membujuk Ratu agar istirahat walaupun sejenak. Karena selama di sini, Ratu tidak pernah memikirkan dirinya."
Jane semakin menunduk takut. Dia tidak salah, 'kan? Beberapa saat kemudian Jane kembali mengangkat kepalanya, kini ia hanya bisa melihat punggung Diego yang menjauh.
Memasuki tenda, Diego hanya mendapati beberapa penduduk yang tidak sadarkan diri. Entah itu pingsan atau tertidur pun Diego tidak tahu.
Di mana wanita itu?
Diego menelisik ke setiap sudut tenda itu, sampai akhirnya ia dikejutkan dengan Fey yang tidak sadarkan diri. Wajah Fey terlihat pucat, bahkan suhu badannya sangat panas. Apa yang Jane katakan memang benar, Fey tidak memikirkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasySANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...