Part 25 pesta dan tragedi

209 31 0
                                    

Happy reading

*
*
*

Mereka tiba didepan sebuah pintu besar yang sangat mewah. Pintu tersebut merupakan pintu utama memasuki istana. Para wanita mengerjab beberapa kali. Tidak cukup dengan mension Arden yang membuat ketiganya terkejut, sekarang malah ada yang lebih dari itu.

Mereka kembali tersadar saat pintu tersebut terbuka menampakkan isi didalamnya. Melihat hal tersebut lagi-lagi membuat mereka kembali takjub. Semua begitu mewah, elegan, dan menawan secara bersamaan.

Pesta yang mengharuskan tamu undangan yang hadir menggunakan topeng tersebut memang menguntungkan untuk ketiga wanita itu. Karena mereka juga tidak ingin wajah mereka terekspos begitu saja. Bahkan dengan menggunakan topeng sudah membuat mereka menjadi bahan perbincangan. Lalu, bagaimana jika tanpa topeng?

Mereka memasuki aula istana. Kedatangan mereka lagi-lagi membuat perhatian mengarah pada mereka. Sungguh hal yang menjengkelkan. Bisakah para bangsawan itu hanya fokus pada apa yang mereka lakukan tanpa melihat siapapun yang masuk?

Mencoba tidak peduli, mereka tetap berjalan dengan langkah yang pelan. Gaun yang mereka kenakan begitu serasi dengan pakaian para pria. Meskipun tidak berwarna senada tapi warna pakaian mereka tidak bertabrakan.

Lelaki asing tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Lama tidak bertemu."

Arden tersenyum ramah, "akhir-akhir ini aku sibuk."

"Kapan kau tidak sibuk?"

Arden terkekeh mendengarnya.

Mata lelaki tersebut melihat ke arah sisi Arden. "Siapa mereka? Dan ya, kau sudah memiliki kekasih rupanya."

Mendengar hal itu sontak membuat Chelsa melepas tautan tangannya. "Tidak, kau salah paham. Kita hanya sebatas teman."

Arden mengiyakan ucapan wanita itu. "Sama hal dengan mereka yang juga teman sekaligus rekan ku. Tidak ada hubungan lebih antara kami." Lelaki asing tersebut juga mengangguk mengerti.

"Kalau begitu aku akan bergabung dengan yang lainnya."

Seperginya lelaki tersebut. Chelsa bertanya kepada Arden, "siapa dia?"

"Rekan bisnis ku."

"Apa kalian tidak ingin berkumpul dengan mereka?" Tanya Felicia.

"Lalu, bagaimana dengan kalian?"

"Ayolah Evan, kita bukan anak kecil lagi. Lagi pula kita masih pada ruangan yang sama." Memang benar yang Felicia katakan.

"Baiklah. Tapi, kalian bisa ikut jika ingin."

"Tidak. Kami akan disini sampai kalian selesai." Ujar Fey.

"Tunggu disini." Para lelaki tersebut lalu bergabung dengan bangsawan lainnya.

Sepeninggalan lelaki-lelaki tersebut, para wanita kemudian duduk pada tempat yang disediakan. Mata mereka berkeliaran melihat hal-hal baru bagi mereka. Mereka akui mereka mengagumi keanggunan serta wibawa dari para bangsawan yang tengah menikmati pesta tersebut. Tanpa ketiganya sadari mereka juga menjadi perhatian karena hal itu.

Ketiganya sebenarnya juga merasa heran dengan warna rambut mereka yang beragam layaknya pelangi. Tapi justru karena hal itu membuat mereka menjadi lebih menawan.

"Ini seperti mimpi. Kita benar-benar berada di antara mereka."

Fey yang mendengar perkataan Chelsa tersenyum tipis. Sedangkan Felicia mengangguk dengan sesekali menatap kagum pada apa yang dilihatnya.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang