Part 47

176 25 10
                                    

Happy reading

*
*
*

Lelaki dengan tubuh tegapnya menatap sebuah lukisan besar didepannya. Ruangan itu begitu berantakan. Aura kemarahan dan kesedihan bercampur diruangan tersebut.

"Vio, bagaimana dia bisa semirip itu denganmu? Apa dia reinkarnasi mu? Kau tahu, aku hampir saja memiliki dia seutuhnya. Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa menahan diriku sendiri. Jika kau tahu ini, pasti kau akan sangat marah."

Carlos mengelus lukisan cantik tersebut. Seulas senyum tipis ia tampilkan. Jika ada yang melihatnya, pasti mereka menyangka jika itu hanya mimpi. Menduga jika lelaki seperti Carlos yang hanya selalu menyeringai itu tidak akan bisa tersenyum tulus.

"Jika dia tidak bisa kubunuh, maka siapa pun tidak boleh memilikinya. Hanya aku, akulah yang berhak atas dirinya."

*
*
*

Di depan istana Kerajaan Otis, tiga pasangan suami-istri tengah berkumpul. Tidak ada hal lain selain ikut mengantar dua pasangan lainnya walaupun hanya sebatas pintu gerbang. Raja Astor dan Ratu Stella tidak ikut serta karena ada kepentingan.

"Rasanya terlalu cepat waktu berlalu. Hah, semoga kalian selamat sampai tujuan."

Chelsa memeluk kedua wanita didepannya bergantian. Kondisinya yang sudah membaik membuat Aslan mengijinkannya untuk keluar dari kamarnya.

Fey tersenyum menatap Aslan dan Chelsa bergantian. Meskipun dengan setengah hati, ia harus bersikap ramah kepada adik iparnya sekaligus Raja itu.

"Terimakasih untuk jamuannya selama kami disini,"

"Dan sampai jumpa dilain waktu." Tambah Felicia.

Keduanya pun melangkah memasuki kereta dengan uluran tangan Diego dan Edgar. Sementara pelayan pribadi keduanya berada di kereta lainnya. Jadi, ada empat kereta yang di kiri-kanannya terdapat beberapa prajurit dengan menunggangi kuda yang menjadi pengawal mereka.

Chelsa menatap deretan kereta kuda tersebut hingga cukup jauh untuk dipandang. Dia kembali merasa sepi setelah kepulangan kedua wanita itu.

Aslan kemudian pergi tanpa berkata apapun. Chelsa menyadarinya, hanya saja ia tidak peduli dengan ada tidaknya lelaki itu.

"Ratu, sebaiknya kita masuk sekarang."

Chelsa mengangguk lesu. Ia kemudian berbalik dengan Sora di belakangnya. Baru beberapa langkah, Chelsa langsung berhenti yang membuat Sora heran.

"Ratu--"

"Aku merasakan sesuatu. Ada yang akan datang, Sora!"

Chelsa berbalik sehingga ia berhadapan dengan Sora.   Wajah Chelsa terukir senyum yang membuat Sora semakin dilanda kebingungan. Detik berikutnya, Chelsa kembali mendekat ke arah gerbang besar itu. Ia tampak bersemangat meskipun dirinya sendiri tidak tahu sebabnya.

Sora hanya bisa diam mematung dibelakang wanita itu. Dia juga penasaran dengan apa yang Chelsa maksudkan.

Senyumannya semakin merekah kala melihat siluet tubuh tegap yang di kenalnya. Tidak ada pengawal yang mencegat lelaki itu karena mereka tahu siapa dia. Dengan perlahan, kini lelaki itu tepat berada didepan Chelsa.

"Salah hormat, Ratu."

Senyum Chelsa seketika berubah sendu. Ia tidak suka dengan julukan yang lelaki itu berikan.

Bugh

Chelsa memberikan pukulan pada lengan kokoh itu yang membuat sang pemilik meringis pelan meskipun itu tidak sakit sama sekali. Sementara Sora yang ada di belakangnya terkejut.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang