Happy reading.
*
*
*"Ibu, siapa mereka?"
Seorang lelaki berdiri diambang pintu masuk sambil menggendong seorang anak perempuan kisaran umur tujuh tahun di gendongnya. Mata anak itu terlihat setengah terbuka dengan mulut yang sesekali menguap karena mengantuk.
"Rion, masuklah. Kemarikan Ria pada Ibu,"
Rion masuk kemudian memberikan Ria Adiknya pada sang Ibu. Pandangannya kini teralih pada ketiga wanita cantik di depannya.
"Rion, kenalkan, mereka adalah pengunjung dari kota." Rion mengangguk menanggapi ucapan Ibunya yang tadi sempat masuk membawa Ria yang sudah tertidur ke dalam kamar.
"Maaf mengganggu pada malam-malam seperti ini. Tujuan kami kesini hanya untuk menanyakan dimana tempat penginapan terdekat di sekitar daerah ini." Chelsa segera menjelaskan agar mereka bisa menemukan penginapannya dengan cepat. Jujur, dia sangat lelah dan mengantuk.
"Begitu rupanya. Kalian sama sekali tidak menggangu, dan ya, aku tahu ada sebuah penginapan dekat sini. Jika kalian mau, Rion putraku akan mengantarkan kalian."
Rion melihat kearah Ibunya yang juga melihat kearah nya. Oh ayolah, dia sudah lelah karena tadi mengurus Adik cerewetnya itu. Kenapa sekarang harus dirinya yang mengantar mereka?
Aku berharap kalian menolaknya.
"Bagaimana? Ini sudah malam. Tidak baik bagi kalian keluar hanya bertiga, apalagi kalian masih asing disini."
Ketiga wanita di depannya saling pandang, melirik satu sama lain. Jika dipikir-pikir benar juga, ditambah lagi mereka adalah wanita.
"Kami tak enak, Bi, pada kalian terutama pada putramu."
Felicia melirik ke arah Rion yang juga meliriknya sehingga pandangan mereka bertemu hanya untuk beberapa saat, karena keduanya buru-buru mengalihkan pandangan mereka.
Gadis pintar.
"Sudah, jangan pikirkan. Putraku juga bersedia. Iya, kan, Rion?"
Tidak!
"Iya, Bu, tentu saja." Rion tersenyum paksa ke arah Ibunya yang menatapnya tajam. Setajam silet.
"Nah, kalian dengar, 'kan? jadi, tidak ada alasan untuk kalian menolaknya."
Ketiga wanita itu tersenyum kearah wanita didepan mereka yang dibalas juga dengan senyuman. Ketiganya beruntung karena orang yang mereka temui adalah sosok yang baik.
"Kalau begitu ayo, malam semakin larut." Rion berkata sambil melangkah keluar rumah yang diikuti oleh keempat wanita beda usia dibelakangnya.
"Eh, tunggu!" Tiga wanita dan satu pria berbalik menghadap pada wanita paruh baya dibelakang mereka.
"Ada apa, Bi?" Chelsa heran padahal mereka sudah melangkah beberapa langkah tadi. Apa ada sesuatu yang mereka lupakan?
"Kita belum berkenalan, bukan?"
"Ah, itu rupanya." Chelsa tersenyum kikuk. "Kenalkan, namaku Chelsa, Bi."
"Aku Fey,"
"dan aku Felicia, Bi."
Ketiganya sama-sama tersenyum kikuk kepada wanita didepan mereka. Bagaimana bisa mereka bertamu tanpa memperkenalkan diri masing-masing?
"Kalian bisa memanggilku Bi Sita. Dan tidak perlu seperti itu, tak apa." Bi Sita tersenyum manis kearah ketiga wanita cantik di depannya.
Oh, jadi itu.
Rion mengangguk mendengarkan.
"Dan namaku, kurasa kalian sudah tahu. Jadi, ayo!" Rion melangkah tanpa melihat ke arah belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasiaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...