Happy reading
*
*
*Rion terbang dengan setiap kepakan sayapnya menimbulkan api yang berjatuhan sehingga hampir seluruh Hutan Kabut tersebut habis oleh apinya. Rion menatap hutan itu dengan pandangan datarnya. Berharap jika hutan itu adalah pelaku yang telah merenggut nyawa sang pujaan hati.
Ia masih memiliki kewarasan untuk tidak merusak hutan lain di sekitarnya, mengingat Fey begitu menyukai alam. Namun, emosinya yang meluap membuat banyak gunung berapi berproduksi serta angin kencang dengan hawa panas dengan liar menyebar dengan cepat.
Rion mengeratkan pegangannya, lalu kembali terbang secepat kilat menuju mansion Arden yang pada saat itu Arden beserta Evan tengah bersiap menuju hutan.
"Angin panas." Evan bergumam. Ia lalu melirik Arden disampingnya, "angin ini hanya bisa diciptakan oleh phoenix. Gawat! Pasti telah terjadi sesuatu. Kita harus cepat!"
"Tunggu! Lihat, bukankah itu ...," Arden mempertajam penglihatannya. "Rion!"
Keduanya terbelalak melihat wujud Rion. Gila! Itulah yang mereka pikirkan. Tidak seharusnya Rion terbang dengan wujud seperti itu.
"Ada apa ini?!"
Arden dan Evan berbalik setelah mendengar teriakan nyaring dari arah belakang.
"Arden, ada apa? Kenapa anginnya panas sekali?"
"Tidak! Jangan mendekat, Feli. Kalian berdua masuklah!"
"Masuk, Chelsa!"
Kedua lelaki itu was-was karena adanya Chelsa dan Felicia. Kedua wanita itu bahkan perlahan jalan mendekat dengan melawan terpaan angin kencang.
Evan menggeram. "Tidak ada pilihan lain. Kita harus membuat mereka kehilangan kesadaran!"
Arden mengangguk. Keduanya kemudian berlari menuju Chelsa dan Felicia. Para wanita itu dibuat heran ketika Evan dan Arden memegang keduanya dan sesaat menutup mata mereka.
Baru saja ingin berkomentar, detik berikutnya keduanya ambruk seketika. Dengan cepat Arden dan Evan membawa mereka masuk kedalam. Para pelayan dan juga para penjaga terlihat telah kehilangan kesadaran mereka. Dan itu akibat ulah dari kedua lelaki tersebut.
Evan dan Arden yang telah selesai dengan para wanita kemudian dikejutkan dengan kehadiran Rion yang sudah masuk dalam mansion tersebut bersama Fey digendongnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?! Rion, ada apa dengannya?"
Rion hanya melirik Arden sebentar. Dengan kedipan mata, Rion telah berlalu ke kamar wanita itu dan meletakkannya dengan lembut disana.
Evan menerobos dan mengecek keadaan wanita tersebut. Dirinya tersentak mengetahui bahwa Fey tidak lagi bernapas.
"Dia ... tiada?!"
Rion memejamkan matanya sesaat. Dia tidak rela mendengarkannya, tapi memang itulah kenyataan yang sudah terjadi. Sementara Arden membeku ditempatnya. Sekarang keduanya tahu kenapa Rion bisa seperti sekarang ini.
"Aku harus pergi."
Rion melaju cepat yang kemudian diikuti oleh Arden dan Evan.
"Berhenti. Mau kemana kau?" Arden menghalangi tepat di depan mension-nya.
"Menyingkir lah. Aku harus membalas semua ini!"
Evan menggeleng, "kendalikan emosimu! Lihatlah masalah yang kau perbuat!"
Bukan hanya itu, pihak istana pasti tengah mencari-cari sumber dari masalah yang tiba-tiba terjadi.
"Aku tidak peduli! Menyingkir, dan jangan halangi aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasíaSANGAT PERLU REVISI. HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS HUS! MENDING JANGAN DIBACA DULU YA TEMAN-TEMAN. Liburan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan malah menjadi sebuah bencana dan awal yang bahkan mereka sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya. Baga...