BAB 4

2.8K 380 19
                                    

Mana nih suaranya yang minta update cepet?

Gimana? Sudah siap meramaikan kolom komentar di tiap paragraf?

Sebelum baca jangan lupa follow akun author ya. Jangan lupa support juga dengan follow :

Ig : @nis_liha
Tiktok : @wattpadnisliha

Selamat membaca!


Terlambat. Ban sepeda Fatan yang bagian depan telah lebih dulu menghantam tubuh Zayna hingga terpental. Lantas menabrak koper perempuan itu yang menyebabkan dirinya terjungkal dan tertimpa sepeda.

Aisyah dan Aham memekik terkejut. Perempuan itu membekap mulutnya sendiri lalu berlari tergopoh-gopoh untuk melihat keadaan putranya diikuti oleh Attar dan Aham.

"Kan gue bilang apa. Baru juga mingkem nih mulut udah langsung kena azabnya di depan mata," tukas Aham mendumel sembari mengangkat sepeda Fatan.

Attar pun membantu Fatan yang nyungsep dengan bibir dan dagu yang dipenuhi pasir untuk berdiri. Lalu, membersihkan pasir di wajah cowok itu dengan tisu dari dalam tasnya.

Sementara Aisyah segera menolong perempuan yang ditabrak oleh Fatan.

"Kamu nggak papa, Nak?" tanya Aisyah khawatir.

Zayna meringis pelan. Dia menggeleng meski merasakan perih pada punggung tangannya yang berdarah akibat bergesekan dengan tanah.

"Beneran nggak papa, Mbak? Itu tangannya berdarah lo," seru Aham melihat punggung tangan perempuan berjilbab itu yang berdarah dan terdapat pasir yang menempel.

"Saya antar ke puskesmas aja yuk biar diobatin!" tawarnya, bersimpati.

"Jangan mulai." Attar menyikut perut cowok itu pelan, memberi peringatan.  Dia paham modus buaya darat seperti Aham.

Zayna kembali menggeleng. "Enggak usah. Saya enggak papa kok. Ini  luka kecil nanti bisa saya obatin sendiri."

Asiyah memandang perempuan itu dengan perasaan bersalah. "Maafin anak saya ya, Mbak. Anak saya nggak sengaja nabrak Mbaknya," tutur Aisyah tidak enak hati.

Zayna mengangguk. "Enggak papa, Bu. Lain kali anaknya suruh hati-hati aja. Masa saya segede ini nggak kelihatan," ucapnya terkekeh pelan meski sedikit kesal pada cowok yang menabraknya.

"Mbaknya juga kalau mau teleponan jangan di jalan biar nggak ketabrak," balas Fatan tak terima disalahkan.

"Fatan." Aisyah menegur sembari menggeleng. Namun, Fatan justru naik pitam.

"Apaan sih, Bun? Kan emang bener Mbak ini juga salah. Teleponan kok dipinggir jalan. Dikira ini jalan punya nenek moyangnya apa?"

"Fatan kamu jangan kayak gitu. Kamu juga salah nggak liatin jangan. Jangan malah nyalahin Mbaknya," tutur Aisyah pelan.

"Kok jadi aku yang salah sih? Ini tuh salah bunda tau gak?! Kalau bunda nggak doain Fatan yang jelek-jelek karena nggak mau salim, pasti Fatan nggak bakalan nabrak kayak gini!" sentaknya marah.

"Kok lo malah nyalahin bunda lo sih, Tan?" protes Aham.

Attar menambahi. "Ini tuh salah lo sendiri, Tan. Lo yang nggak liat-liat jalan sama durhaka ke bunda Aisyah."

Decakan sebal keluar dari mulut cowok beralis tebal itu. "Lo semua tuh nggak tahu kalau setiap kesialan yang gue dapet itu pasti asalnya dari bunda."

"Kalian tahu sendiri doa ibu itu manjur banget. Kalau bunda nggak doain gue yang jelek-jelek ya pasti gue nggak bakalan kayak gini dong," sewot Fatan menganggap semua yang terjadi barusan adalah salah bundanya.

EL - FATAN (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang