Bab 10

1.9K 299 57
                                    

HAI GAISSS
KAKTUS DATAANG!

GIMANA MALMINGNYA?
JALAN-JALAN APA REBAHAN?

KAUM JOMLO KAYAK KATUS KAYAKNYA YANG PILIHAN KE DUA YA?

MOHON MAAF YA KAKTUS BARU BISA UPDATE.

SEBELUM MEMBACA KAKTUS MAU KASIH PEMBERITAHUAN KALAU BAB INI BAKALAN LEBIH PANJANG DARI BAB LAINNYA. JADI, JANGAN BOSAN YA!

HAPPY READING!

Zayna duduk termenung di atas kasur. Tatapannya kosong ke depan dengan kedua tangan yang meremas piyama panjang yang dikenakannya. Itu mata Mbak Nana kenapa kok ada bekas jahitannya?

Pertanyaan yang dilontarkan Fatan di perjalanan pulang tadi membuka luka  lama yang belum mengering sempurna. Waktu awal pindah ke sini Aisyah dan beberapa tetangga juga menanyakan hal yang sama padanya dan ia masih bisa menjawab dengan tenang.

Akan tetapi, tadi ketika Fatan menanyakan hal itu ingatannya tiba-tiba terlempar pada sikap Brata tadi pagi yang menurutnya tak sopan dan membuat ia berpikiran yang tidak-tidak. Bukannya Zayna mau berpikiran negatif tentang majikannya, tapi cara Brata memerhatikannya selama ini membuat ia risih. Tatapan Brata padanya seolah menafsirkan hal lain.

Dan ketika mengingat sikap Brata tadi pagi Zayna justru mengingat kejadian beberapa tahun silam yang berusaha ia lenyapkan dari pikiran.

"Arghhh!" Zayna mengerang. Tangannya mencengkeram piyama yang dikenakannnya dengan erat, lalu  naik meremas rambut panjangnya yang tak tertutup hijab.

Tubuhnya bergetar dengan napas yang mulai tersengal dan dadanya yang sesak. Perlahan setetes demi setetes air jatuh membasahi pipinya. Ingatan beberapa tahun silam itu terputar bagitu saja di kepala Zayna saat ini.

Jakarta, 2017

"Jangan macam-macam Mas Bian atau saya akan teriak."

Seorang perempuan berjilbab segiempat yang bentukannya sudah tak karuan, beringsut mundur. Tubuhnya bergetar ketakutan melihat sosok laki-laki di depannya yang kini tengah melepas satu per satu kancing kemejanya.

"Teriaklah sesukamu aku jamin tidak akan ada yang mendengarnya. Karena ruangan ini kedap suara dan hanya ada kita berdua di rumah di sini." Laki-laki itu terus bergerak maju membuat perempuan di depannya semakin panik.

"Saya mohon Mas Bian. Ja ... ja ... jangan ... jangan macam-macam." Suaranya terdengar parau seiring seringai bak senyum iblis yang muncul dari bibir anak majikannya itu.

"Tenang cantik. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin mengajakmu bersenang-senang. Jadi, nikmati saja permainan ini," kekehnya membuang asal ikat pinggang yang sudah ia lepas.

Di dalam sebuah kamar berukuran sempit Zayna menahan tangis dengan bibir yang bergetar. Matanya berkaca-kaca dan bergerak liar ke sana kemari. Menampilkan ketakutan yang nyata.

"Istigfar Mas Bian! Isitigfar," pinta Zayna yang jelas diabaikan oleh laki-laki berambut ikal itu.

Ketika lelaki yang usianya empat tahun lebih tua darinya itu mendekat dan mengukung tubuh mungilnya, Zayna langsung melemparnya dengan guling yang berada di atas kasur tipisnya. Membuat fokus anak majikannya itu sedikit teralihkan yang langsung ia gunakan untuk berlari menuju pintu.

EL - FATAN (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang