Bab 11

1.6K 285 66
                                    

HAI GAISSS!
KAKTUS DATANGG! YUHU!

GIMANA MALAM MINGGUNYA?
PASTI REBAHAN KAN YA? WKWKWK.

DARIPADA REBAHAN DOANG MENDING BACA EL FATAN 😅

OH IYA SEBELUM MEMBACA KAKTUS MAU TANYA DONG APA YANG BIKIN KALIAN MAU NGELANJUTIN BACA CERITA INI?

OKE. SELAMAT MEMBACA!

"Tan udah dong jangan marahin bunda lo terus. Kalo lo mau marah. Marah aja sama gue jangan sama bunda Aisyah," kata Attar tak tega melihat Aisyah yang sudah berkaca-kaca. "Ini semua murni ide gue sama Aham, Tan."

"Iya, Tan. Lo marahin aja kita. Jangan bunda Aisyah. Bunda kemarin cuman cerita kalo beberapa hari lalu lo nggak bisa tidur karena plafon kamar lo yang bocor," timpal Aham.

Beberapa hari yang lalu Fatan memang tidak bisa tidur. Plafon kamarnya bocor tepat di atas kasur tipis miliknya sehingga ia harus menadahi air hujan tersebut menggunakan ember. Lalu, membuang airnya ketika sudah penuh dan menggunakannya lagi untuk menadahi hujan. Begitu terus sampai hujan mereda tepat di pukul setengah satu malam.

Sebenarnya Aisyah sudah menawarkan sang putra untuk tidur di kamarnya, tapi Fatan menolaknya. Dia memilih menunggu hujan reda ketimbang harus tidur di kamar sang bunda.

Fatan berdecak. Sebuah kebiasaan yang selalu cowok itu lakukan entah sadar maupun tidak ketika dirinya merasa kesal. "Terus aja belain bunda gue!"

"Atau kalo nggak nikahin aja sekalian sama bokap kalian biar bunda gue seneng," cetusnya asal bicara.

Aham dan Attar yang mendengar cetusan itu langsung berbinar matanya.

"Serius lo nyuruh nyokap lo nikah ama bokap gue, Tan?" sambut Aham menatap Fatan dengan senyum yang mengembang. "Bokap gue udah tua lo."

"Aduh. Kalo serius mah seneng banget gue." Aham lantas menatap Aisyah sambil mengulurkan tangan pada perempuan bertubuh kurus itu. "Ayok kita ke KUA sekarang aja Bun. Biar langsung dihalalin sama papa," usulnya serius.

"Keburu keduluan sama Om Pram."

Attar tak mau kalah. Dia yang sedari kelas dulu sudah menginginkan Aisyah menjadi ibu sambungnya langsung menyambar.

"Jangan mau, Bun. Papanya Aham udah tua mending sama papanya Attar aja. Masih muda, ganteng, dan mapan." Attar yang selama ini tampak kalem untuk pertama kalinya membadingkan sang papa dengan orang lain demi Aisyah agar tak jatuh ke pelukan Reza, ayahnya Aham.

"Wah! Ini namanya penghinaan. Gue nggak terima."

Aham maju selangkah di depan Attar sambil menaikkan lengan hoodie nya. Seakan-akan mengajak Attar untuk berduel.

Sedangkan Attar hanya berdiri dengan tenang dan kalem sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam celana selutut yang ia kenakan.

"Sini maju! Kita duel. Siapa yang menang dia yang berhak jadi anak tirinya bunda Aisyah!" tantang Aham.

"Ayok! Siapa takut!"

Aisyah menghela napas pelan. "Attar ... Aham udah. Jangan malah berantem di sini," lerainya.

"Bunda nggak mau ada keributan."

Fatan berdecak lantas mendesis pelan. Mendadak kesal dengan kedua sahabatnya itu yang malah memperebutkan bundanya.

Sebenarnya apa istimewanya Aisyah? Perempuan itu tidak terlalu cantik. Kulitnya kusam tak terawat. Wajahnya polos tanpa riasan make up ataupun sentuhan skincare. Tubuhnya juga kurus. Tapi, kenapa Aham dan Attar justru berebut untuk menjadikan Aisyah ibu sambung mereka?

EL - FATAN (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang