Bab 12

1.7K 301 70
                                    

HAI GAISS!!!

KAKTUS DATANG!

GIMANA KABARNYA? BAIK KAN?

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE YA! ABIS MEMBACA JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK JUGA.

SELAMAT MEMBACA!

"Arghhhh!!!" Fatan mengeram dan menendang kerikil di gang tempat ia berdiri sekarang.

Sedetik kemudian tangan cowok beralis tebal itu naik mengacak rambutnya frustasi.

Usai berkata demikian tadi Fatan berlari meninggalkan rumah, mengabaikan panggilan bundanya yang memintanya untuk pergi.

"Kenapa bunda nggak pernah bisa ngertiin aku sih?"

Fatan menyandarkan tubuhnya di tembok gang dengan mata terpejam. Perlahan tubuhnya merosot ke bawah seiring air matanya yang merembes jatuh melewati pipi dan membasahi kausnya. Sebelah kakinya ia tekuk dengan satu kaki yang ia selonjorkan di tanah. Ia biarkan dirinya terduduk lemas di tanah tanpa alas. Tidak peduli lagi jika bajunya akan kotor atau tiba-tiba ada motor yang melintas di gang yang minim penerangan itu.

Kepala cowok berhidung mancung itu menengadah dengan mata yang tetap terpejam. Kedua tangannya ia biarkan terkulai di kedua sisi tubuhnya.

"Seandainya aku bisa memilih aku nggak mau lahir kayak gini. Fatan juga mau punya ayah, Bun. Fatan pengin disayang ayah kayak Aham sama Attar," lirih Fatan berbicara pada angin malam yang berembus.

"Fatan cuman mau ayah, Bun. Fatan malu dibilang anak haram terus."

Di bawah penerangan lampu berwarna kuning yang remang-remang itu Fatan membiarkan dirinya menjadi sosok yang lemah. Sosok yang tak pernah ia tampakkan di depan orang lain.

Dengan langkah pelan dan kecil Zayna yang berdiri tak jauh dari cowok itu berada pun mendekat. Lalu, berjongkok beberapa jengkal di samping cowok berwajah kearab-araban yang masih belum menyadari keberadaannya tersebut.

"Mereka bisa bilang Fatan tega dan durhaka karena mereka nggak pernah ngerasain apa yang belasan tahun ini aku rasain, Bun."

"Kenapa mereka bilang kalau Fatan itu anak haram? Bukannya setiap anak itu terlahir dengan suci, Bun?Kalau memang masa lalu orang tuanya itu buruk kenapa harus anak yang dilabeli seperti itu bukan orangtuanya?" ceracau Fatan belum menyadari keberadaan Zayna.

Perempuan berjilbab yang berjongkok di samping Fatan itu masih bergeming. Membiarkan Fatan mengeluarkan unek-uneknya. Dia mungkin tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Fatan. Tapi, dia bisa merasakan kesedihan itu.

"Fatan itu mau ayah. Fatan nggak mau dibilang anak haram terus, Bunda."

"Kamu bukan anak haram Fatan."

Suara lembut yang mengalun bersama embusan angin yang menerpa wajah Fatan. Membuat laki-laki dengan tahi lalat di hidungnya itu membuka mata. Dia sedikit terkesiap melihat ada sosok lain selain dirinya di gang ini.

Dengan gerakan tergesa Fatan seka air matanya secara kasar supaya Zayna tidak mengetahui kalau ia sedang menangis. Tidak ada yang boleh tahu kalau anak yang terkenal durhaka ini baru saja menangis. Bisa turun harga dirinya.

Tapi, sayangnya Zayna sudah tahu kalau Fatan baru saja menangis.

"Ngapain Mbak di sini?" tanya Fatan menatap Zayna dengan tatapan garang.

Zayna tidak menjawab pertanyaan itu. Dia malah ikut duduk selonjoran di tanah sambil menyandarkan punggungnya di tembok gang dengan jarak tiga jengkal orang dewasa bila diukur dari tempat Fatan duduk.

EL - FATAN (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang