Haii, assalamualaikum semoga suka:v
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ಡ ͜ ʖ ಡHappy reading💃
.
.
.Jam masih menunjukkan pukul 6.30 yang artinya bel masuk akan berbunyi tiga puluh menit lagi. Sebagian murid SMA Nusa masih berada di kantin untuk sarapan atau sekedar bergosip saja. Ada juga yang duduk di depan kelas, seperti Aira dan kawan-kawan contohnya.
Mereka berempat; Aira, Dian, Linda, dan Anna, sedang bersandar di tembok pembatas lantai tiga sembari ber ghibah ria. Membicarakan semua teman seangkatan ataupun adik kelas yang mereka lihat dandanannya menor.
"Noh, si Fania," tunjuk Linda menggunakan dagu. Semua mata ketiga sahabatnya langsung menuju objek yang sebentar lagi akan menjadi bahan ghibah.
"Eh anjir! Makin hari make up nya makin tebel." Dian bergidik ngeri melihat Fania yang juga sedang nongkrong di ujung koridor bersama teman-temannya. Oh ralat, mereka hanya ccp, alias cari-cari perhatian.
"Udah kek ondel-ondel aja," komentar Anna, kemudian ketawa ngakak.
"Kalo Pak Suman tau keknya seru tuh," saran Aira sambil menaik turunkan alisnya. Pak Sumanto atau yang lebih akrab disapa Pak Suman oleh murid-murid adalah guru BK yang super galak.
Dian memutar bola matanya malas. "Jangan mulai, deh, Ra."
"Lah? Lo takut, Yan?" tanya Aira.
"Bukan gitu, tapi sebaiknya kita jangan nyari masalah dulu. Masih pagi loh ini," jawab Dian sambil menunjuk-nunjuk jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Huh, iya iya."
Sementara di kantin, Aidan and the geng sedang bersantai sambil menikmati kacang panggang dan coca cola. Makanan dan minuman favorit mereka bertiga; Aidan, Fadil, dan Riyan.
"Buset!" gumam Fadil namun masih bisa didengar oleh Aidan dan Riyan. Kedua cowok yang awalnya sibuk dengan ponselnya mendongak menatap sahabatnya.
"Napa, Dil?" tanya Riyan penasaran.
"Nih," Fadil memperlihatkan ponselnya pada Aidan dan Riyan. Di sana terdapat foto Aira yang gadis itu posting di Instagram beberapa menit yang lalu.
"Makin cantik aja tetangga lo, Dan," ujar Fadil sambil geleng-geleng kepala.
"Ho'o. Makin cute," sahut Riyan.
Aidan berdecak, kemudian memutar bola matanya malas. "Orang jelek gitu dibilang cantik."
"Yee ... mata lo tuh keknya bermasalah. Sana lo cepetan periksa ke dokter gigi," titah Fadil.
"Mata lo dokter gigi, tolol!" Aidan menoyor kepala Fadil, sedangkan Riyan menertawakan nasib Fadil.
"Sakit, goblok!" sentak Fadil.
"Sikit giblik," Aidan menye-menye. "Au ah, kuy lah ke kelas. Bentar lagi bel," sambungnya kemudian berjalan keluar kantin diikuti oleh kedua sahabat kampretnya. Tak lupa membawa minuman yang masih sisa setengah. Sayang kalo nggak diambil, mubadzir.
Namun, belum sempat mereka bertiga keluar dari kantin, seorang gadis yang memakai almamater kelas sepuluh menghentikan langkah ketiganya. Aidan, Fadil, dan Riyan bingung karena adik kelasnya itu tak kunjung bicara.
Ni bocil kenapa sih? Dia mau nagih utang ato gimana? tapi perasaan gue nggak pernah ngutang sama dia, batin Aidan.
"Kenapa, ya, Dek?" tanya Aidan yang sudah tak tahan berdiri lama-lama. Kakinya pegal.
Eh, tunggu! Kenapa pipi adek kelas itu merona? Apa dia ada penyakit atau semacam alergi cogan?
"Anu, Kak," ucap gadis itu menunduk sambil memainkan ujung almamaternya. "Em ... Anu ... aku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage
Teen FictionPernah kebayang menikah dengan tetangga sendiri? Terlebih jika kalian tidak pernah akur seperti Tom and Jarry. Itulah yang dirasakan oleh Aidan dan Aira. Kedua remaja itu terlibat perjodohan konyol dari nenek serta orangtua mereka yang mana mengharu...