TYM -03-

961 34 11
                                    

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Happy reading

.
.
.

"SAH!!" ucap semua para saksi setelah Aidan mengucapkan ijab kabul dengan lantang dan dengan satu tarikan nafas. Bersama dengan itu pula, Aira meneteskan air matanya. Ia tak menyangka akan menikah secepat ini. Mulai detik ini, hari ini juga, tanggung jawab kedua orang tuanya berpindah pada Aidan. Suaminya.

Semua orang mengucapkan syukur. Mawar dan Ria tampak meneteskan air mata haru. Kedua wanita setengah baya itu lantas memeluk Aira. Mengecup pipi gadis itu.

"Ayo, Sayang," ucap Mawar dan diangguki oleh Aira. Mereka bertiga pun keluar dari kamar menuju lantai bawah di mana semua orang sudah menunggu sang mempelai wanita.

Jantung Aira berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Apalagi setelah melihat Aidan yang sangat tampan dengan setelan jas hitam sedang menatapnya tanpa kedip.

Dia, Aira Chantika tampak begitu cantik dengan kebaya berwarna putih. Gadis yang selalu adu bacot dengannya sedari kecil sekaligus rivalnya kini sudah sah menjadi istrinya. Takdir memang tidak ada yang tahu. Haha.

Aira sekarang duduk tepat di samping Aidan. Mereka saling tatap. Aidan meraih tangan Aira. Memasangkan cincin dengan permata yang indah di jari manis gadis itu. Pun sebaliknya.

Setelah selesai, Aidan mengulurkan tangan kanannya di hadapan Aira. Gadis itu pura-pura tak mengetahui maksud Aidan. Haruskah ia mencium tangan rival sekaligus suaminya itu? Sama saja Aira menjatuhkan harga dirinya di depan Aidan.

"Apaan?" tanya Aira dengan suara yang kecil.

"Cium tangan gue, Bol," titah Aidan dengan sombong. Tak lupa memasang ekspresi tengil.

"Ogah!"

Mendengar desisan putrinya, Mawar yang memang duduk di samping Aira pun menyenggol lengan gadis itu. Menyuruh Aira untuk segera mencium tangan Aidan.

Cowok tampan itu tersenyum miring melihat wajah kesal Aira. Gadis itu meraih tangan Aidan. Dan dengan terpaksa, garis bawahi TERPAKSA, ia mencium punggung tangan Aidan. Namun, tanpa Aidan sadari bibirnya tertarik. Tersenyum. Bukan senyum tengil lagi, melainkan senyum tulus.

Wajah cemberut Aira seketika tergantikan dengan wajah terkejut saat sebuah benda hangat mendarat di keningnya. Aidan menciumnya! Jantung gadis itu seakan maraton. Dan sialnya lagi, pipinya memanas.

"Idih, salting" bisik Aidan sembari menahan tawa melihat wajah Aira yang memerah. Sisi menyebalkan Aidan kembali.

***

Jam sudah menunjukkan 21.54. Semua keluarga yang menghadiri pernikahan Aidan dan Aira pun sudah pulang kembali ke rumah masing-masing.

"Arzha!!" pekik seorang bocah perempuan berusia enam tahun sambil berlari mengejar bocah laki-laki yang menggenggam sebatang cokelat.

"Arzha balikin! Itu punya aku!" Bocah perempuan dengan dress pink itu masih terus berlari mengejar kembarannya.

Mereka adalah si kembar Arzha Agragara dan Arsha Agragara. Adik kembar Aidan yang berbeda gender. Usianya enam tahun dan sekarang duduk di bangku TK. Aidan selalu dibuat pusing oleh tingkah kedua adiknya itu yang tak bisa diam. Apalagi di saat kedua orang tuanya keluar kota. Bagi Arzha dan Arsha, membuat Aidan kesal adalah hal yang menyenangkan.

"Eh! Kalian berdua kenapa lari-lari?" tanya Ria yang tengah duduk di sofa bersama Dani, Mawar, Adit, Aidan, dan juga Aira.

Arzha langsung naik ke atas sofa dan bersembunyi di punggung Ria. "Tolongin Arzha, Ma. Arsha ngamuk," jelas bocah lelaki yang masih setia bersembunyi di punggung sang mama. Semua mata pun menuju pada Arzha.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang