TYM -24-

133 9 2
                                    

Selamat membaca

.
.
.

Pagi-pagi sekali, Aidan sudah membuat kegaduhan. Laki-laki itu sedang mencari-cari sempak kesayangannya. Merecoki Aira yang sibuk bersiap-siap untuk sekolah, juga keluarga yang lain. Bahkan Arzha dan Arsha yang baru bangun pun ditanyainya.

"Mana sih?" gerutu Aidan yang masih sibuk di depan lemari.

Aira yang sedang menyisir rambutnya pun berdecak kesal. Bagaimana tidak kesal? Pagi-pagi buta sudah diruntuti pertanyaan mengenai celana dalam. Padahal celana dalam milik Aidan bukan hanya itu. Juga, laki-laki itu hanya mengenakan handuk putih yang melilit pinggangnya sembari mondar-mandir di hadapan Aira.

Bagian atas tubuhnya sih tidak masalah, malah Aira mendapat bonus cuci mata melihat otot-otot Aidan. Tapi jika handuk itu melorot dan jatuh, kan bisa bahaya. Mata Aira jadi ternodai.

"Pake yang lain aja kali, Dan. Sempak lu juga bukan cuma itu!" Aira yang selesai mengikat rambut panjangnya beralih memasukkan buku-buku ke dalam tasnya, juga tas Aidan.

"Ngga bisa, itu sempak kesayangan gue. Jadwal pakenya juga hari ini," balas Aidan tak mau mendengarkan.

Masih pagi, namun kesabaran Aira sudah terkuras habis. Gadis itu memilih untuk duduk di tepi kasur, mencoba mengabaikan Aidan.

"Apa jangan-jangan ada di rumah satu ya?" gumamnya. Tangan kirinya yang sehat ikut serta mengacak-acak rambutnya.

Aira yang tadinya melihat Aidan dengan tatapan malas tiba-tiba melotot melihat handuk laki-laki didepannya hendak melorot. Dengan cepat gadis itu berlari untuk menahan kain putih yang menyembunyikan sesuatu itu.

Namun, tangan Aira sedikit meleset sehingga memegang sesuatu itu. Hehe.

***

Anna menatap Linda dan Dian secara bergantian. Bertanya kepada mereka berdua mengenai Aira lewat tatapan mata. Namun, dengan kompak kedua gadis itu menggeleng. Tidak tahu ada apa dengan sahabatnya itu.

Sementara itu, Aira tampak menatap kosong papan tulis. Tidak fokus dengan penjelasan guru Bahasa Indonesia yang sedang menjelaskan.

"Aira, halo! Aira!"

"Ra!" panggil Linda sembari menyenggol lengan Aira hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Hah?"

Linda menjawab melalui tatapan mata.

"Aira, bisa ulangi yang ibu bacakan tadi?" tanya perempuan yang berusia sekitar 40-an itu.

"Eee ... hehe, maaf Bu." Gadis berkuncir itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung.

"Kamu mikirin apa? Ayo fokus, sebentar lagi ujian."

Ketiga sahabat Aira pun bertanya-tanya ada apa dengan sahabatnya itu. Tak seperti biasanya jika memiliki masalah, tanpa bertanya pun Aira akan menceritakan tentang masalahnya kepada mereka. Tapi kini gadis itu memilih diam.

Sementara itu di kelas sebelah sedang jam kosong. Lima remaja laki-laki yang duduk di pojok kelas sedang menatap ponselnya yang dimiringkan. Hanya saja, satu diantara mereka nampak tidak fokus dengan apa yang dimainkan.

Gemas dengan sahabatnya yang sedari tadi tidak fokus, Fadil yang tidak memiliki akhlak pun menggeplak bahu kiri Aidan, membuat cowok itu kembali tersadar dari lamunannya. Bahkan refleks memegang bahu kanannya.

"Lu ngapain Angela goblok ke tembok turtle? Bantuin gue su! Itu juga, gue geplak yang sebelah kiri, yang lu pegang malah yang kanan! Lu kenapa sih? Burung lu bermasalah, hah?!" tanya Fadil dengan kesabaran yang sudah habis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang