Selamat membaca!
Aira duduk di sofa ruangan tempat Aidan di rawat. Di sampingnya terdapat Ria dan juga Dani. Mereka bertiga sama-sama menatap objek yang sama, yaitu Aidan. Pemuda itu sedang terbaring di brankar rumah sakit dengan mata yang terpejam. Bukan karena pingsan. Aidan hanya tertidur, efek dari obat yang ia minum tadi.
Dokter tadi mengatakan bahwa tulang bahu kanan Aidan mengalami cedera. Butuh waktu kurang lebih seminggu untuk pulih kembali. Alhasil untuk sementara tangan kanan Aidan dikenakan arm sling, karena saat digerakkan akan terasa sakit.
Bunyi ponsel Ria mampu mengalihkan perhatian mereka bertiga dari Aidan. Setelah membaca nama si penelepon, Ria segera mengangkat dan menempelkan benda pipih itu di telinganya.
Selesai bercakap-cakap, Ria pun mematikan ponselnya dan menyimpannya kembali ke tas selempangnya.
"Siapa, Ma?" tanya Dani penasaran.
"Mbak Fani. Katanya Arzha sama Arsha udah pulang sekolah, terus nyariin kita," jawab Ria setelahnya menghela napas. Pasti anak kembarnya itu sedang ngambek.
"Pasti Arzha sama Arsha ngambek. Mama sama Papa pulang aja. Di sini biar Ai yang jaga Aidan," ujar Aira yang memang sudah hapal dengan tingkah dua bocah kembar berbeda gender itu.
Sebelum menjawab Ria berpikir terlebih dahulu. "Nggak apa-apa nih kalau kamu sendiri di sini?"
Aira dengan cepat mengangguk. "Nggak apa-apa, Ma."
"Kita pulang nih, Pa?" Ria menoleh ke Dani, meminta pendapatnya.
"Iya, sekalian kita ambil keperluan Aidan sama Aira."
Setelah sepakat, Ria dan Dani akhirnya pulang. Sekarang, tinggallah Aira di ruang inap bersama dengan Aidan yang masih terlelap.
Gadis yang duduk di sofa itu sudah terlihat bosan. Ia juga merubah posisinya menjadi merebah sambil bermain game di ponselnya. Sesekali Aira melirik Aidan, memastikan cowok itu baik-baik saja.
Bosan dengan game, Aira beralih ke WhatsApp. Setelah terbuka, grup angkatan dan kelasnya tampak begitu ramai. Dapat ia tebak jika yang dibahas adalah Aidan. Aira membaca pesan-pesan yang kebanyakan men-tag nomor Aidan. Mengucapkan semoga cepat sembuh dan lainnya.
"Buset," gumam Aira.
Aira beralih ke grup kelasnya. Sama seperti grup sebelumnya, di grup kelas Aira pun yang menjadi topik utama adalah Aidan. Selain itu, Aira juga mengetahui bahwa SMA Rajawali berhasil mengalahkan SMA Nusa. Hal itulah yang membuat siswa siswi SMA Nusa berkoar-koar di grup.
"Cih, menang karna curang bangga amat," ucap Aira setelah melihat potongan video yang memperlihatkan SMA Rajawali yang bersorak senang setelah memenangkan pertandingan.
"Bol."
"Hm," gumam Aira masih fokus dengan ponselnya.
"Oi Cebol," Aidan kembali memanggil dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iya- eh!" Aira menolah dan mendapati Aidan yang sudah membuka mata. "Udah bangun, Dan?"
"Engga nih masih tidur," jawabnya dengan wajah datar.
Aira cengengesan sendiri. Gadis itu bangkit dan menghampiri Aidan yang masih rebahan. Tentu saja karena bahunya sakit jika digerakkan.
"Bantu gue duduk dong, Bol."
Tanpa membantah, Aira segera membantu Aidan untuk duduk. Gadis itu juga ikut meringis saat Aidan meringis. Ia juga mengatur posisi brankar agar Aidan lebih nyaman saat bersandar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage
Teen FictionPernah kebayang menikah dengan tetangga sendiri? Terlebih jika kalian tidak pernah akur seperti Tom and Jarry. Itulah yang dirasakan oleh Aidan dan Aira. Kedua remaja itu terlibat perjodohan konyol dari nenek serta orangtua mereka yang mana mengharu...