Kalian pasti tau cara menghargai sebuah karya.
Enjoy and happy reading (◕ᴗ◕✿)
.
.
."Dan, Yan?" panggil Fadil yang duduk di tengah-tengah kedua sahabatnya. Mereka bertiga sedang berada di pojok kelas. Menikmati keripik kentang dan coca cola. Fyi, sekarang para guru sedang rapat, jadi semua murid bersantai ria.
"Naon?" tanya Aidan, kemudian memasukkan keripik kentang ke mulutnya. Menatap Fadil dengan penuh tanya. Sedangkan Riyan, cowok itu hanya menunggu Fadil membuka suara tanpa repot-repot bertanya.
"Gue ada tebak-tebakan," ucapnya dengan semangat. "Orang buta itu yang melihat apanya?" tanya Fadil dengan gaya sombong. Ia yakin kalau kedua sahabatnya itu tidak tau jawabannya. Terbukti dari wajah Aidan yang bingung dan Riyan yang berwajah biasa-biasa saja. Namun, sedang berpikir.
"Ayo jawab. Yang bener gue hotspot selama seminggu. No tipu-tipu," ucap Fadil.
"Hah? Apanya yang ngeliat," gerutu Aidan. Cowok itu menggaruk kepalanya padahal tidak gatal sama sekali.
"Makanya jangan makan udang mulu."
Aidan memandang Fadil aneh. "Kenapa?"
"Tainya ada di kepala," jawab Fadil sambil tersenyum manis. Padahal gak manis-manis amat.
"Sialan lo!" Aidan kembali memasukkan keripik kentang ke mulutnya. Mungkin dengan begitu ia akan mengetahui jawaban pertanyaan Fadil. Namun, keripiknya tinggal setengah, tapi belum juga ia menemukan jawabannya.
"Oh, tongkatnya!" seru Aidan.
"Goblok! Emang tongkatnya bisa ngeliat?" tanya Riyan.
Aidan menggeleng kaku. "Enggak, sih," jawabnya. "Emang lo tau jawabannya, Yan?"
"Tau lah," jawabnya dengan sombong. "Orang buta itu yang melihat keluarganya."
Fadil menatap Riyan curiga. "Kok lo bisa tau sih, njir?"
"Wi-Fi gue udah nyala," balas Riyan acuh sambil memainkan ponselnya. Menunggu hotspotan dari Fadil sesuai dengan janji sahabatnya itu. Lumayan, menghemat kuota.
Fadil dengan malas mengeluarkan ponsel berlogo apel yang sudah digigit itu dari saku almamaternya, kemudian mengaktifkan hotspot Wi-Fi. Setelah tersambung, banyak notifikasi yang masuk di ponsel Riyan. Namun, suara notifikasi ponsel Aidan juga berbunyi membuat si penghotspot menoleh padanya.
"Lo nyalain Wi-Fi juga?" tanya Fadil.
"Wi-Fi gue emang nyala terus. Jadi, kalo lo, Riyan, Wahda, atau Putri lagi nyalain hotspot, hape gue langsung kesambung. Pinter, kan, gue?" Aidan nyengir.
"Sialan lo!"
"Eh, tapi kenapa jawabannya keluarga? Gue masih gak ngerti," ucap Aidan menatap Fadil dan Riyan secara bergantian.
"Ck, gak guna lo jadi peringkat kedua. Yan, jelasin!" perintah Fadil.
"Males, mending main ML," jawab Riyan acuh, kemudian memiringkan ponselnya. Pura-pura bermain ML padahal lagi nonton turnamen di Youtube. Terpaksa deh Fadil yang menjelaskan pada Aidan yang berotak mungil.
"Jadi gini, Dan, orang buta itu yang melihat kan keluarganya. Ngerti?" tanya Fadil.
"Emm ... dikit," jawab Aidan yang otak kecilnya belum bisa mencerna ucapan Fadil.
"Au ah! Mending ke kelas Dedek Dian," ucap Fadil kemudian berjalan keluar kelas.
"Tungguin gue, Dil," ujar Riyan berjalan menyusul Fadil bersama Aidan.
![](https://img.wattpad.com/cover/313685637-288-k217880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage
Teen FictionPernah kebayang menikah dengan tetangga sendiri? Terlebih jika kalian tidak pernah akur seperti Tom and Jarry. Itulah yang dirasakan oleh Aidan dan Aira. Kedua remaja itu terlibat perjodohan konyol dari nenek serta orangtua mereka yang mana mengharu...