TYM -11-

685 34 8
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak

Enjoy and happy reading (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

.
.

"Bol, bangun Bol," ucap Aidan sambil menggoyangkan bahu Aira yang masih tertidur lelap.

Namun, gadis itu tak terganggu sama sekali. Ia bahkan memperbaiki posisi tidurnya. Aidan menghela napas lelah. Susah sekali membangunkan Aira.

"Ck, kebo banget sih. Bangun bol!"

Aidan menarik selimut yang membungkus tubuh mungil Aira membuat gadis itu melenguh, tapi kembali terlelap. Cowok yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya itu tampak tersenyum jahil. Ia mengapit hidung Aira hingga sang empu membuka mata sambil mengatur napas.

"Lo mau bunuh gue?!" pekik Aira yang kini sudah duduk. Melotot pada Aidan yang sedang terkekeh geli melihat ekspresi Aira.

"Abisnya lo kebo banget. Capek gue bangunin lo dari tadi. Sono mandi cepet, kalo lama gue tinggal," ucap Aidan lalu melangkah keluar kamar.

"Tega lo!" Aira melempar bantal ke arah Aidan, tapi tidak mengenai cowok itu karena ia melihat bantal itu melayang dari pantulan cermin.

Sepuluh menit kemudian, Aidan kembali ke lantai dua. "Bol, udah belom?" tanyanya yang masih berada di luar kamar.

Cowok itu membuka pintu dan masuk. Ia menatap datar Aira yang sibuk bergaya di depan cermin. Tak ingin berlama-lama karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh, Aidan berjalan melewati Aira untuk mengambil tasnya di meja belajar.

"Udah, Bol?" tanya Aidan lagi.

"Bal bol bal bol, nama gue Aira, anying!" omel Aira sambil menatap Aidan sengit.

"Astaghfirullah haladzim. Nyebut Bol, masih pagi juga," ucap Aidan.

"Astaghfirullah," ucap Aira sambil mengelus dadanya.

"Nah, gitu."

"Eh, Dan."

"Apa, hm?" tanya Aidan dengan sebelah alis yang terangkat.

"Gue udah cantik belum?" tanya Aira sembari berputar kemudian berpose ala model.

Aidan menatap rival yang kini menjelma menjadi istrinya itu dengan tatapan jengah. Ada apalagi dengan gadis di hadapannya itu.

"Kok muka lu gitu sih? Jawab, gue udah cantik belom?"

"Nggak, lo jelek, buluk, kurus kering, cebol, idup lagi," ucap Aidan kemudian keluar meninggalkan Aira. Jika ia meladeni gadis itu maka mereka akan terlambat ke sekolah.

"Ih, kok lu ngeselin sih anjir! Eh, astaghfirullah." Aira berlari menyusul Aidan.

Sampai di halaman rumah, Aidan memanaskan mesin motornya terlebih dahulu sambil menunggu Aira yang sedang mengunci pintu rumah.

"Nih," kata Aidan menyerahkan helm pada Aira. Gadis itu tidak langsung memakainya.

"Bilang dulu gue cantik!" titah Aira.

"Apaan sih Bol, buruan naik ntar kita telat," ucap Aidan.

"Bilang dulu!"

"Ogah!"

"Ck Idan!"

"Buruan naik elah, gue tinggal lu," ancam Aidan dengan menjalankan sedikit motornya.

"Huh nyebelin lo!" Aira memasang helm yang diberikan Aidan tadi. Naik ke atas motor dengan wajah cemberut, namun masih tetap menerima uluran tangan Aidan untuk membantunya naik.
Setelah itu, mereka berangkat menuju sekolah.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang